Selasa, 29 Juni 2010

Proposal kualitatifku

MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(Studi Kasus Pengelolaan Materi dan Penggunaan Metode Pembelajaran pada kelompok B TPA-KB-RA/TK Puspa Indria Mijen Semarang Tahun 2009/2010)


  1. Latar Belakang

Kesadaran akan kebutuhan pendidikan kini cenderung meningkat. Pendidikan secara universal dapat dipahami sebagai upaya pengembangan potensi kemanusiaan secara utuh dan penanaman nilai-nilai sosial budaya yang diyakini oleh sekelompok masyarakat agar dapat mempertahankan hidup dan kehidupan secara layak. Secara lebih sederhana, pendidikan dapat dipahami sebagai suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan keseimbangan dan kesempurnaan dalam mengembangkan manusia.

Telah lama bangsa Indonesia berada pada kondisi krisis multidimensi dan multikultural, mulai dari masalah ideologi, politik, dan pendidikan yang sarat dengan kesenjangan dan konflik budaya yang tidak lagi berkarakter. Ekonomi yang labil dan tingkat keamanan yang sangat rendah membuat kompleksitas problematika juga berimbas kepada melemahnya tingkat kualitas pendidikan yang ada. Lemahnya kualitas pendidikan meliputi berbagai hal, di antaranya adalah:

a) Kurikulum yang miskin ketrampilan, b) Motivasi dan orientasi pendidikan yang sarat dengan pola pikir hedonis dan materialistis, c) Monopoli arti kecerdasan yang selama ini hanya bersandar pada ranah kognitif, d) Metodologi pengajaran yang stagnan dan cenderung mengekang kreatifitas, e) Pola manajemen dan tenaga pengajar yang kurang profesional, f) Pola interaksi yang tidak efektif, g) Evaluasi dan kebijakan yang subjektif, h) Pola pikir masyarakat yang skolastik, dan i) Kondisi masyarakat yang sarat akan kebodohan dan kemiskinan sebagai dampak logis dari tidak adanya nilai optimal keberhasilan (quality outcomes) dalam proses pendidikan (Hamijoyo, 2002:11).

Pada hakekatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, masyarakat sangat mengharapkan adanya pendidikan yang memadai untuk putra-putrinya, terlebih pada saat mereka masih berada dalam tataran usia dini. Pentingnya pendidikan usia dini telah menjadi perhatian internasional. Dalam pertemuan forum pendidikan tahun 2000 di Dakar-Sinegal, dihasilkan 6 (enam) kesepakatan sebagai Kerangka Aksi Pendidikan untuk Semua (The Dakar Framework for Action Education for All). Salah satu butir kesepakatan tersebut adalah untuk memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi mereka yang sangat rawan dan kurang beruntung (Suyanto,2005: 13).

Dewasa ini, isu hangat dalam dunia pendidikan adalah tentang penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (yang selanjutnya disebut PAUD). Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia sekarang terdiri dari Pendidikan Anak Usia Dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan Pendidikan Tinggi, yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga dan yang diselenggarakan oleh lingkungan masyarakat dimana ia tinggal (http://hidayatsoeryana.wordpress.com).

Oleh karena itu, PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut sebagai the golden age (usia emas). Berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa perkembangan yang diperoleh pada usia dini sangat mempengaruhi perkembangan anak pada tahap berikutnya dan meningkatkan produktifitas kerja di masa dewasa (Suderadjat, 2005: 135). Perlu dipahami bahwa anak memiliki potensi untuk menjadi lebih baik di masa mendatang, namun potensi tersebut hanya dapat berkembang manakala diberi rangsangan, bimbingan, bantuan, dan/atau perlakuan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.

Penyelenggaraan pendidikan usia dini harus diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan anak, yaitu pendidikan yang berdasarkan pada minat, kebutuhan, dan kemampuan sang anak. Oleh karena itu, peran pendidik sangatlah penting. Pendidik harus mampu memfasilitasi aktivitas anak dengan material yang beragam. Pengertian pendidik dalam hal ini tidak hanya terbatas pada guru saja, tetapi juga orang tua dan lingkungan. Seorang anak membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan kata lain, kurikulum yang diterapkan dalam PAUD tidak harus sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis). Kurikulum PAUD harus mengacu pada penggalian potensi kecerdasan yang dimiliki anak, sehingga peran guru hanya untuk mengembangkan, menyalurkan, dan mengarahkannya saja (http://www.penulislepas.com).

Dalam upaya pembinaan terhadap satuan-satuan PAUD tersebut, diperlukan adanya sebuah kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi anak usia dini yang berlaku secara nasional. Kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi adalah rambu-rambu yang dijadikan acuan dalam penyusunan kurikulum dan silabus (rencana pembelajaran) pada masing-masing tingkat satuan pendidikan.

Dalam hal ini, diperlukan sebuah formula kurikulum yang disesuaikan dengan proses pertumbuhan dan perkembangannya. Perlu diketahui bahwa pada usia 4-6 tahun, perkembangan anak-anak sangat pesat. Perkembangan itu meliputi perkembangan fisik, seperti bertambahnya berat dan tinggi badan maupun psikis yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan juga psikomotorik. Kurikulum-kurikulum pendidikan terdahulu cenderung lebih menitik beratkan pada aspek perkembangan kognitif semata dengan harapan agar dapat mencetak generasi yang ber IQ (Intelligence Quotient) tinggi. Namun, penelitian mutakhir membuktikan bahwa kurikulum yang demikian kurang tepat untuk membentuk kepribadian yang utuh. Anak-anak yang ber-IQ tinggi belum tentu dapat berhasil dalam kehidupannya di kelak kemudian hari. Hingga disusun konsep baru bahwa anak perlu dikembangkan emosinya secara optimal. Anak yang ber-EQ (Emotional Quotient) tinggilah yang dipandang dapat berhasil dalam kehidupannya kelak (Musta’in, 2008: 23).

Namun, semua itu tidaklah cukup apabila pendidikan dengan kurikulum untuk mengembangkan IQ maupun EQ tidak dibarengi dengan pendidikan berbasis Dienul Islam yang memadai. Tanpa pendidikan agama yang optimal, lembaga pendidikan hanya menelorkan anak-anak yang tidak memiliki pegangan hidup. Karena itulah, akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga-lembaga pendidikan yang berupaya untuk menyeimbangkan ketiga hal tersebut, yaitu keseimbangan antara IQ, EQ, dan SQ (Spiritual Quotient).

TPA-KB-RA/TK Puspa Indria Mijen Semarang merupakan suatu lembaga pendidikan yang menerapkan pembelajaran anak usia dini (dalam hal ini adalah satuan pendidikan Taman Kanak-kanak) berbasis Islam dengan menggunakan sistem fullday school. Dalam penerapan kurikulumnya, sekolah ini mencoba menyeimbangkan antara IQ, EQ, dan juga SQ dari peserta didik. Selain belajar di kelas, pelaksanaan pembelajaran juga dilaksanakan outdoor dengan metode bermain. Karena pada dasarnya, masa kanak-kanak adalah masa untuk bermain.

Tenaga pengajar yang ada di TPA-KB-RA/TK Puspa Indria Mijen Semarang merupakan tenaga pendidik yang cukup berkualitas, hal ini dapat dilihat dari prestasi-prestasi yang telah dicapai siswa. Meskipun belum cukup lama berdiri, TPA-KB-RA/TK Puspa Indria Mijen Semarang sudah mampu menarik perhatian dan minat banyak masyarakat untuk menitipkan putra-putrinya dalam menimba ilmu di sana. Di setiap tahun ajaran baru, sudah dapat dipastikan yang mendaftar selalu melebihi daya tampung sekolah, untuk itu diadakan tes masuk untuk menyaring kemampuan siswa sehingga tidak semua pendaftar dapat diterima. Hal ini dilakukan karena sekolah tersebut mementingkan kualitas siswa dari pada kuantitas semata.

Selain itu, juga dapat dilihat melalui output dari TK tersebut yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya. Pemahaman mereka, baik dalam materi konvensional maupun materi keagamaan sudah cukup memadai bahkan memuaskan untuk ukuran anak usia dini. Terbukti, ada seorang anak yang sudah mampu menegur orang tua ketika mereka melakukan kesalahan. Ini tidak terlepas dari keberhasilan pembelajaran yang telah mereka dapatkan di sekolah. Materi yang disampaikan memang tampak didesain dengan disesuaikan tingkat pemahaman agama siswa tanpa mengesampingkan tingkat perkembangan anak. Selain itu, juga penggunaan metode yang tepat dalam penyampaian materi turut serta memberikan andil dalam keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dalam penanaman nilai-nilai keagamaan.

Kualitas siswa akan dapat tercapai sesuai dengan harapan jika ditunjang dengan adanya manajemen kurikulum yang berkualitas pula. Kurikulum di sini mencakup tentang tujuan pendidikan, materi yang akan diberikan, metode mengajarkannya, serta penilaian yang dilakukan (Jalaludin, 2004: 44). Namun, agar dapat diperoleh output yang maksimal, perlu diberikan perhatian yang lebih pada pengelolaan materi dan penggunaan metode pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran. Untuk itu diperlukan sebuah isi program pembelajaran yang mampu menyeimbangkan antara IQ, EQ, dan SQ bagi peserta didik. Selain pemilihan isi program pembelajaran yang berkualitas juga harus dibarengi dengan adanya metode pembelajaran yang juga harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik. Karena itulah, dalam penelitian ini lebih menitik beratkan dalam mengkaji manajemen kurikulum yang terkait dengan pengelolaan materi dan penggunaan metode pembelajaran yang diterapkan TPA-KB-RA/TK Puspa Indria Mijen Semarang, khususnya pada kelas B.

Berdasarkan uraian di atas itulah yang menjadi alasan penulis untuk meneliti lebih jauh tentang manajemen kurikulum yang memfokuskan pada pengelolaan materi dan penggunaan metode pembelajaran yang diterapkan di TPA-KB-RA/TK Puspa Indria Mijen Semarang khususnya pada kelompok B tahun pelajaran 2009/2010. Dalam hal ini, penulis mengambil judul penelitian tentang ”MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pengelolaan Materi dan Penggunaan Metode Pembelajaran pada Kelompok B di TPA-KB-RA/TK Puspa Indria Mijen Semarang 2009/2010)”.


  1. Penegasan Istilah

Ada beberapa istilah yang terdapat dalam judul yang perlu dipahami agar tidak terjadi salah penafsiran. Beberapa istilah tersebut yaitu:

  1. Manajemen Kurikulum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran” (Depdikbud, 1988: 357). Sedangkan menurut Tim FKIP UMS (2002: 1):

Manajemen berasal dari kata dalam bahasa Inggris to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola. Sedangkan secara istilah manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi serta penggunaan sumber daya lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah ”perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan” (Depdiknas, 1988: 234). Sedangkan menurut Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (2006:7), ”kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, mata pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dengan demikian yang dimaksud dengan manajemen kurikulum adalah upaya untuk mengurus, mengatur, dan mengelola perangkat mata pelajaran yang akan diajarkan pada lembaga pendidikan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu

  1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pengertian pendidikan anak usia dini sebagaimana yang termaktub dalam Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa ”pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” (http://hidayatsoeryana.wordpress.com).

  1. Pengelolaan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan seperangkat mata pelajaran yang akan disampaikan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sedangkan pengelolaan materi pembelajaran di sini dimaksudkan untuk mengelola materi yang akan disampaikan yang terdiri dari penetapan materi pembelajaran dan pedoman pelaksanaan pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan secara maksimal.

  1. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Metode dipilih berdasarkan materi yang akan disampaikan. Metode merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan (Moeslichatoen, 2004: 7). Dasar pemilihan metode pengajaran menurut Abu Ahmadi (1990: 111) terdiri dari lima hal, yaitu: relevansi dengan tujuan pendidikan, relevansi dengan materi, relevansi dengan kemampuan guru, relevansi dengan situasi pembelajaran, serta relevansi dengan perlengkapan atau fasilitas sekolah.

  1. TPA-KB-RA/TK Puspa Indria Mijen Semarang

TPA-KB-RA/TK Puspa Indria Mijen Semarang merupakan salah satu Taman Kanak-kanak yang menerapkan sistem fullday school. TK tersebut merupakan salah satu lembaga yang banyak diminati oleh orang tua untuk menitipkan putra-putrinya dalam menimba ilmu. Selain mengajarkan tentang materi konvensional, TK ini juga memberikan materi tentang keislaman. TK Puspa Indria terbagi menjadi dua jenjang kelas, yakni kelas A untuk siswa yang berumur 4-5 tahun dan kelas B untuk siswa yang berumur 5-6 tahun. Dari penegasan istilah di atas dapat ditegaskan judul skripsi ”Manajemen Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Kasus Pengelolaan Materi dan Penggunaan Metode Pembelajaran pada Kelompok B di TPA-KB-RA/TK Puspa Indria Mijen Semarang 2009/2010)”, merupakan penelitian tentang proses pengaturan kurikulum, dalam hal ini difokuskan pada pengelolaan materi dan penggunaan metode pembelajaran PAUD yang diterapkan di TK Puspa Indria guna menciptakan suasana belajar yang efisien, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi pada dirinya sehingga tercipta lulusan yang berkualitas, serta untuk memperoleh keterangan atau data-data mengenai unsur-unsur yang mendukung dan menghambat proses pengelolaan materi dan penggunaan metode pembelajaran yang ada di TK Puspa Indria Mijen Semarang.


  1. Rumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah:

  1. Bagaimana pengelolaan materi yang ada di TK Puspa Indria Mijen Semarang tahun pelajaran 2009/2010?

  2. Bagaimana penggunaan metode pembelajaran yang ada di TK Puspa Indria Mijen Semarang tahun pelajaran 2009/2010?

  3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam mengelola materi dan menggunakan metode pembelajaran di TK Puspa Indria Mijen Semarang tahun pelajaran 2009/2010?


  1. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pengelolaan materi terhadap prestasi belajar siswa di TK Puspa Indria Mijen Semarang tahun pelajaran 2009/2010

  2. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh penerapan metode pembelajaran kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap prestasi belajar siswa di TK Puspa Indria Mijen Semarang tahun pelajaran 2009/2010

  3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam mengelola materi dan menggunakan metode pembelajaran di TK Puspa Indria Mijen Semarang tahun pelajaran 2009/2010.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Secara teoritis

Diharapkan mampu menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan dalam dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya mengenai manajemen kurikulum pendidikan anak usia dini.

  1. Secara praktis

  1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan yang lebih kongkrit apabila nantinya berkecimpung dalam dunia pendidikan, khususnya pengembangan kurikulum bagi pendidikan anak usia dini.

  2. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai rujukan dan pertimbangan dalam evaluasi kurikulum.

  3. Bagi pembaca umumnya, dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan mengenai materi dan metode dalam pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini.


  1. Alasan Pemilihan Judul

Alasan penulis mengangkat judul ini adalah karena memiliki dua alasan, yakni:

  1. Secara Subjektif

  1. Lokasi penelitian yang dapat dijangkau dengan mudah

  2. Pada tahun ini kurikulum tingkat satuan pendidikan sudah diberlakukan disetiap satuan pendidikan termasuk di TK Puspa Indria Mijen Semarang.

  1. Secara Objektif

  1. Sejauh pengamatan penulis, judul ini belum pernah ada yang meneliti di IAIN Walisongo Semarang

  2. Keberhasilan akan belajar merupakan idaman setiap orang, karena itulah perlu kejelasan cara meraih sukses melalui penelitian.

  3. Penelitian ini akan bermanfaat sekali untuk pengembangan penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap kreatifitas siswa berprestasi dalam belajar di TK Puspa Indria Mijen Semarang.


  1. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami isi penelitian ini, maka penulis perlu membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

  1. Ruang Lingkup Materi

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) terhadap prestasi belajar siswa di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja Kabupaten Kendal. Maka untuk mempermudah penulisan dalam membahas penelitian ini, perlu kiranya penulis membuat batasan ruang lingkup materi. Adapun permasalahan yang menjadi kajian pokok dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua variable, yakni:

Variable X : Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

No.

Sub. Variabel

Indikator

1.

Penerapan KTSP



1. Prinsip Pelaksanaan

2. Prinsip Pengembangan

3. Pengembangan Program

2.

Pelaksanaan Pembelajaran

1. Pre Test

2. Pembentukan Kompetensi

3. Post Test

Variabel Y : Prestasi Belajar

No.

Sub Variabel

Indikator

1.

Hasil Raport

Dicari angka dalam raport



  1. Ruang Lingkup Subjek

Subjek penelitian adalah sesuatu yang menjadi kajian pokok penelitian. Maka dari ini yang menjadi subjek adalah siswa TK Puspa Indria Mijen Semarang.

  1. Ruang Lingkup Lokasi

Lokasi adalah tempat sesuatu berada. Maka dalam hal ini adalah tempat subjek berada. Jadi lokasi penelitian adalah di Mijen Semarang.

  1. Ruang Lingkup Waktu

Waktu adalah masa kapan terjadinya sesuatu. Dalam hal ini waktu penelitian adalah pada tanggal 14 Mei-15 Mei 2010, pukul 07.30 WIB.


  1. Kajian Pustaka

Dalam pembuatan proposal ini, peneliti mencoba informasi dari buku- buku maupun skipsi sebagaai bahan pertimbangan untuk membandingkan masalah- masalah yang telah diteliti baik dalaam segi metode maupun objek penelitian.

Pertama, skipsi yang ditulis oleh Nisroh ( 053111035) pada tahun 2009 yaang berjudul “ Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usiaa Dini Di PAUT Islam Terpadu Mutiara Hati Babagan Kecamatan Lasem kabupaten Rembang “ yang berisi tentang konsep pendidikan untuk anak usia dini yang didalaamnya juga mencakup kurikulum pendidikan anak usia dini.

Kesimpulan : Setelah diuraikan tentang konsep pendidikan anak usia dini dalam perspektif Islam, Maka simpulan penelitian ini aadalah :

    1. Pendidikan anak Usia Dini adalah pendidikan yang diberikan kepada anak usia 3-6 tahun. Pendidikan sejak dini merupakan masa terpenting dan mendasar dalam kehidupanya manusia, memegang kendali dalam masa perkembangan hidupnya dan mengawali kedewasaanya. Di samping itu pendidikan anak usia dini merupaknan masa untuk membentuk karakteristik. Dalam kaitan ini pemilihan dan penentuan pola pendidikan dengan program yang tepat merupakan suatu hal yang diperhatikan, terutama bagi anak usia dini

    2. Konsep pendidikan anak usia Dini jika di tinjau dari perspektif Islam adalah relevaan, karenaa padaa dasarnya Islam sangat memperhatikan pendidikan terutama pendidikan dengan anaak usia dini. Islam memandang bahwa anak adalah amanaat Allah SWT yang harus dibimbing, diperlihatkan dan diberi pendidikan. Islam mengajukan hendaknya pendidikan diberikan sedini mungkin mengingatkan usiaa dini merupakan masa yang penting untuk menanamkan pendidikan. Pembinaan Agaamaa terhadap anak harus mampu menumbuhan dan mengembangkan fitrah ( keimanan). Jadi, keberhaasilan pendidikan awal akan menjadi kekuatan daasr pad pendidikan selanjutnya.

Kesimpulan : setelah penulis

Mendiskripsikan pembahasan secara keseluruha yang telah dibahas dalam bab- bab sebelumnya, dari pembahasan “ pelaksaan pembelajaran pendidikan agama Islam pada pendidikan anak usia di PGIT Umar bin Khatab Kudus maka ada empat poin penting yang dapat penulis simpulan yaitu:

    1. Materi

Materi yang ajarkan di PGIt Umar bin Khataab Kudus Materi yang ajarkan di PGIt Umar bin Khataab Kudus yaitu materi yang dibutuhkan sebagai bekal anak dalam menjalani kehidupan meliputi:

  1. Materi aqidah untuk menanamkan aqidah kepada anak sejak dini yang dalam pelaksanaannya mengenalkan adanya Allah melalui ciptaan Allah, mengenalkan kitab-kitab Allah, mengenal Nabi dan Rasul.

  2. Materi ibadah dengan tujuan membiasakan kepada anak melaksanakan ibadah sejak dini seperti membiasakan anak untuk sholat berjamaah.

  3. Materi akhlak dengan tujuan agar anak berperilaku baik sejak dini seperti menghormati orang yang lebih tua.

    1. Perencanaan

Guru membuat terlebih dahulu rencana mengajar sebelum proses pembelajaran berlangsung yaitu guru di PGIT Umar bin Khatab Kudus membuat rencana kegiatan harian sebagai acuan mengajar pada hari itu yang disesuaikan dengan waktu dan tujuan pembelajaran.

    1. Guru di PGIT Umar bin Khatab Kudus menggunakan metode yang bervariasi disesuaikan dengan materi dan tujuan yang hendak dicapai agar pembelajaran tidak berlangsung monoton. Ada empat metode yang digunakan di PGIT Umar bin Khatab Kudus yaitu metode cerita, karya wisata, pembiasaan dan metode bermain sambil belajar. Metode yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama islam pada anak usia dini yaitu dengan memilih metode bermain sambil belajar dengan tujuan agar materi yang disampaikan dapat diterima anak dengan baik karena proses pembelajaran yang berlangsung menyenangkan dan tidak membuat anak jenuh. Dengan bermain sambil belajar juga memberikan lebih banyak kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki sehingga anak dapat mencapai perkembangan secara optimal.

    2. Evaluasi

Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di PGIT Umar bin Khatab Kudus dilaksanakan setiap kali pertemuan agar perkembangan anak diketahui oleh guru. Yang selanjutnya dapat dilaporkan kepada orang tua murid untukmengetahui perkembangan anak mereka di sekolah. Evaluasi tersebut juga berfungsi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang berlangsung.

Ketiga, buku karya Dr. Mansyur M.A., yang berjudul “Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam” penerbit Pustaka Pelajar tahun 2005 yang berisi pentingnya memberikan pendidikan kepada anak sejak dini, terutama dalam memberikan pendidikan agama Islam yaitu dengan penanaman nilai-nilai agama dan akhlak sejak dini.

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, maka dalam penulisan skripsi ini peneliti lebih memfokuskan pembahasan tentang metode pembelajaran pada anak usia dini di lembaga PAUD Islam Terpadu Mutiara Hati Babagan kecamatan Lasem kabupaten Rembang.


  1. Metode Penelitian

Dalam memecahkan suatu masalah harus menggunakan cara/metode tertentu yang sesuai dengan pokok masalah yang akan dibahas. Disamping itu, metode-metode tersebut dipilih juga agar penelitian dapat menghasilkan data-data akurat dan dipercaya kebenarannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini yang berkaitan dengan metode penelitian adalah:

  1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah field research, karena yang diteliti adalah sesuatu yang ada di lapangan secara langsung. Dalam hal ini, objek yang di- teliti adalah TK Puspa Indria Mijen Semarang Penelitian lapangan ini bersifat kualitatif, yaitu berupa penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati (Robert Begnan dan Steven yang dikutip Lexy Moleong, 2000: 35).

  1. Subjek Penelitian

Tatang (1986: 93) memberikan pengertian bahwa, subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh informasi, yang dapat diperoleh dari seseorang maupun sesuatu, yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Dalam hal ini, yang menjadi subjek penelitian adalah manajemen kurikulum dengan sumber data, baik populasi maupun sampel akan dipaparkan sebagai berikut:

  1. Populasi

Menurut Mardalis (1995: 52), populasi adalah semua individu yang menjadi sumber data. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, semua guru yang berjumlah 4 orang di TK Puspa Indria Mijen Semarang

  1. Sampel

Menurut Djarwanto dan Pangestu (1981: 93), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Oleh karenanya pengambilan sampel harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sampel yang benar-benar mampu menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya, dengan kata lain sampel harus representatif. Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sampel bertujuan atau purpose sampling. Menurut Arikunto (2002: 127), sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dimana tujuan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan data-data yang akan dibutuhkan dalam penelitian ini.

Terkait dengan penelitian ini, maka yang menjadi sampel adalah Kepala Sekolah dan wali.

  1. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  1. Metode Dokumentasi

”Metode dokumentasi atau pengumpulan dokumen adalah cara pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan lain sebagainya” (Arikunto, 1998: 149). Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang pengelolaan materi, metode pengajaran yang diterapkan, struktur kepengurusan, serta komponen pelaksana pendidikan di TK Puspa Indria Mijen Semarang yaitu data tentang tenaga kependidikan, daftar nama guru dan karyawati, sarana dan prasarana, pedoman kurikulum yang dipakai, serta profil sekolah.

  1. Metode Wawancara

”Metode wawancara yaitu bentuk komunikasi antara dua orang. Melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dan seorang yang lainnya mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu” (Mulyana, 2002:180).

Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, dan guru wali kelas B yang mengajar di TK Puspa Indria Mijen Semarang. Metode wawancara ini peneliti gunakan untuk mencari informasi dan data tentang pengelolaan materi dan penggunaan metode pembelajaran, hambatan dan pendukung yang dihadapi TK saat melaksanakan pembelajaran.

  1. Metode Observasi

”Metode observasi adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun daerah” (Nazer, 1985: 65). Objek yang diobservasi meliputi profil sekolah, sarana dan prasarana, dan penggunaan metode dalam pelaksanaan pembelajaran yang ada di TK Puspa Indria Mijen Semarang

  1. Analisis Data

Dalam menganalisis data, teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu pengumpulan data sekaligus reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan Haberman, 1992: 16).

Pertama, setelah pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya melakukan reduksi data dengan menggolongkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu. Kedua, data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk narasi. Ketiga, penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua. Metode berpikir yang penulis gunakan untuk menganalisis data ini adalah metode induktif dan deduktif. Metode induktif adalah suatu metode untuk menganalisis masalah yang berangkat dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian ditarik fakta yang bersifat umum. Sedangkan metode deduktif adalah suatu metode yang akan menganalisis suatu maksud dengan berangkat dari hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik fakta yang bersifat khusus (Hadi, 1987: 42).
























DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu: 2005. strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia

AliPandie, Imansjah, 1984. Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional.

Bsnp: 2006. Panduan Penyusunan KTSP

Dhofir, Syargowi : 2000. Pengantar Metodologi Riset Denagn Spektrum Islami, Prenduan: Iman Bek

Djamarah, Syaiful Bhri: 2008. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta

Faturrahman, Putut: 2001. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama

http://issuu.com/publishgold/docs/g000050020

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ASP/article/view/1257

Muhaimin et.Al: 2008. Pengembangan Modul KTSP pada Sekolah & Madrasah, Jakarta: Rajawali Press

Mulyasa,E : 2007. KTSP Suatu Panduan Praktis, Bandung : Remaja Rosdakarya

Muslich, Masmur :2008. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta: Bumi Aksara

Purwadarminto.W.J.S Wirke : 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Tu’u, Tulus: Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta : PT.Grasindo

www. MSS.com,pdf

Zuhairin: 2004. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar