Senin, 11 Juli 2011

KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF


Pemimpin yang efektif digerakkan oleh tujuan-tujuan jangka panjang dan ia memiliki cita-cita yang tinggi jika dibandingkan dengan orang-orang disekitarnya. Nabi Muhammad merupakan contoh paling nyata dalam hal ini. Disamping tujuan ukhrawi, beliau senantiasa menyatakan bahwa kemenangan Islam akan segera datang dan jazirah Arab akan dipenuhi dengan keamanan dan kemakmuran. Bahkan beliau juga meletakkan visi yang membimbing bagi umat Islam sepanjang masa, intinya bahwa masa depan ada ditangan Islam.
Kepemimpinan ini dirasa cocok apabila diterapkan pada saat ini, terutama sekali di lembaga pendidikan Islam karena di dalam terkandung banyak efek positif untuk kemajuan sebuah lembaga pendidikan. Nilai-nilai humanisme, otokratis, serba optimisme menjadi nilai-nilai lebih untuk kepemimpinan disebabkan tipe ini mempunyai anggapan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang dapat dikembangkan.
Seorang pemimpin ditentukan untuk bisa menjadi uswah, yang menjadi figur panutan. Ini memberikan perspektif bahwa terdapat kepemimpinan menurut Islam. Sebagaimana dikemukakan oleh Vietzal Rivai, kepemimpinan menurut Islam harus mempunyai prinsip: musyawarah, adil dan kebebasan berfikir.
a)      Musyawarah
Mengutamakan musyawarah sebagai prinsip yang harus diutamakan dalam kepemimpinan Islam. Al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa seorang yang menyebut dirinya sebagai pemimpin wajib melakukan musyawarah dengan orang yang berpengetahuan atau orang yang berpandangan baik. seperti yang dijelaskan pada Qs. As-syura ayat 38, yang artinya:

“Dan (bagi) orang yang menerima  (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka  (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka (Assyura:38).

Melalui musyawarah memungkinkan komunitas Islam akan turut serta berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, dan sementara itu pada saat yang sama musyawarah dapat berfungsi sebagai tempat untuk mengawasi tingkah laku para pemimpin jika menyimpang dari tujuan semula. Jadi selain sebagai kontrol sosial, juga tempat sharing ide serta tukar pendapat yang sangat bermanfaat bagi lembaga pendidikan.
b)      Adil
Pemimpin sepatutnya mampu memperlakukan semua orang secara adil, tidak berat sebelah dan tidak memihak, lepas dari suku bangsa, warna kulit, keturunan, golongan strata di masyarakat ataupun agama. Alqur’an memerintahkan setiap muslim dapat berlaku adil bahkan sekalipun ketika berhadapan dengan para penentang mereka.

Keadilan sebagai pilar utama dalam penetapan hukum, adalah keadaan penting untuk pengambilan kebijakan serta sistem kerja yang dilakukan pemimpin. Seorang pemimpin diharuskan untuk tidak membeda-bedakan bawahannya.
c)      Kebebasan berfikir
Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memberikan ruang dan mengundang anggota kelompok untuk mampu menggunakan kritiknya secara konstruktif mereka diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat atau keberatan mereka dengan bebas, serta harus dapat memberikan jawaban atas setiap masalah yang mereka ajukan. Agar sukses dalam memimpin, seorang pemimpin hendaknya dapat menciptakan suasana kebebasan berfikir dan pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan menasehati satu sama lain, sehingga para pengikutnya merasa senang mendiskusikan masalah atau persoalan yang menjadi kepentingan bersama.
Ketiga prinsip tersebut di atas saling bersinergi satu sama lain. Apabila salah satunya tidak dilaksanakan akan menjadi kurang optimal kepemimpinan itu. Oleh karena itu diperlukan kerjasama (team work) diantara berbagai pihak yang terkait yang solid untuk mewujudkannya.

Selasa, 28 Juni 2011

PENGERTIAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

PENGERTIAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Pengampu Nur Uhbiyati, M.Ag.




Disusun Oleh :

DEWI ISTIANA

073311029

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2009

PENGERTIAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

I. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia untuk menghadapi kelangsungan hidupnya hingga masa depan. Pendidikan dituntut untuk dapat mengantarkan manusia pada kehidupan yang sesungguhnya. Pendidikan yang dikenal dewasa ini tidak hanya mencakup secara umum tetapi juga spesifik kepada pendidikan islam. Dimana pendidikan islam dituntut untuk dapat mencetak generasi-generasi penerus yang handal baik dalam ilmu pendidikan umum maupun agama.

Sebelum kita membahas tentang pendidikan secara spesifik tentulah kita harus mengetahui apa itu yang dinamakan pendidikan islam, dasar serta tujuan dari pendidikan islam dalam ranah pendidikan yang berkembang sekarang ini.

II. POKOK PERMASALAHAN

Dari pemaparan yang sudah ada diatas selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang:

A. Apa Pengertian pendidikan islam?

B. Apa dasar dan tujuan pendidikan islam?

III. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM

Memahami pendidikan Islam tidak semudah mengurai kata “Islam”dari kata ”Pendidikan” karena selain menjadi predikat, Islam juga merupakan satu subtansi dan subjek penting yang cukup kompleks. Karenanya untuk memahami Pendidikan Islam berarti kita harus melihat aspek utama missi agama Islam yang diturunkan kepada umat manusia dari sisi paedagogis. Islam sebagai ajaran yang datang dari Allah sesungguhnya merefleksikan nilai-nilai pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia sehingga menjadi manusia sempurna. Islam sebagai agama unirversal telah memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan bahagia, yang pencapaiannya bergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan kunci penting untuk membuka jalan kehidupan manusia. Denagn demikian, Islam sangat berhubungan erat dengan pendidikan. Hubungan antara keduanya bersifat organis-fungsional; pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan Islam, dan Islam menjadi kerangka dasar pengembangan pendidikan Islam.[1]

Kata Islam dalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna islam, pendidikan yang islami, yaitu pendidikan yang yang berdasarkan islam. Sebelum membahas lebih lanjut tentang pengertian pendidikan islam tentunya harus diawali dengan pengertian pendidikan secara umum antara lain oleh Ki Hadjar Dewantoro mengemukakan pendidikan adalah menurut pengertian umum, berdasarkan apa yang dapat kita saksikan dalam semua macam pendidikan maka teranglah bahwa yang dinamakan pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu: “menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai angota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setingi-tingginya”. Atau yang dikemukakan oleh Marimba: “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rokhani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.[2] Seperti yang sudah dibahas pada makalah yang sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya lebih luas mengupas tentang pengertian pendidikan secara umum. Jadi pada makalah kali ini kami tidak akan mengulas lebih banyak tentang pengertian pendidikan.

Pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Usaha itu banyak macamnya, satu diantaranya ialah dengan cara mengajarnya yaitu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya. Selain itu ditempuh juga usaha lain yakni memberikan contoh (teladan) agar ditiru, memberikan pujian dan hadiah, mendidik dengan cara membiasakan dan lain-lain yang tidak terbatas jumlahnya. Pendidikan adalah usaha mengembangkan seseorang agar terbentuk perkembangan seseorang agar terbentuk perkembangan yang maksimal dan positif. Sesuai dengan pengertian ini maka setiap guru adalah pendidik sekalipun misalnya ia hanya melakukan pengajaran dalam hal ini itu belum melaksanakan seluruh usaha yang harusnya dilakukannya. Setiap guru bisa dikatakan pendidik, tidak setiap pendidik adalah guru. Kepala sekolah yang tidak mengajar tidak dapat disebut guru, tetapi ia pendidik mungkin dengan cara memberikan teladan (contoh).[3]

Konfrensi Internasional Pendidikan Islam Pertama (First World Conference on Muslim education) yang diselenggarakan oleh Universitas King Abdul Aziz, Jeddah pada tahun 1977, belum berhasil membuat rumusan yang jelas tentang definisi pendidikan menurut islam. Dalam bagian “Rekomendasi” Konfrensi tersebut para peserta hanya membuat kesimpulan bahwa pengertian pendidikan menurut islam ialah keseluruhan pengertian yang terkandung di dalam istilah ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib.

Ta’dib merupakan masdar kata kerja addaba yang berarti pendidikan. Dari kata addaba ini diturunkan juga kata addabun. Menurut al-Attas, addabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan berbagai tingkatan mereka dan dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang. Berdasarkan pengertian addaba seperti itu, Al-Attas mendefinisikan pendidikan pendidikan (menurut islam) sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kedalam manusia, tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan wujud sehinga hal ini membimbing kearah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud tersebut.

Menurut Abdurrahman al-Nahlawi kata al-Tarbiyah dari segi bahasa berasal dari tiga kata, yaitu: pertama kata raba-yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh, seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an surat al-Rum ayat 39; kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar; ketiga dari kata rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memlihara. Menurut imam Al-Baidlawi didalam tafsirnya arti asal al-rabb adalah al-tarbiyah yaitu menyampaikan sesuatu sedikit-demi sedikit sehingga sempurna.

Berdasarkan ketiga kata itu, Abdurrahman Al-Bani menyimpulkan bahwa pendidikan (tarbiyah) terdiri atas empat unsur yaitu pertama, menjaga dan memlihara fitrah anak menjelang dewasa(baligh); kedua, mengembangkan seluruh potensi; ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnan; keempat, dilaksanakan secara bertahap. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah pengembangan seluruh potensi anak didik secara bertahap menurut ajaran islam.

Menurut Abdul Fatah Jalal, proses ta’lim justru lebih universal dibandingkan proses al-tarbiyah. Jalal menjelaskan bahwa ta’lim tidak berhenti pada pengetahuan yang lahiriyah, juga tidak hanya sampai pada pengetahuan taklid. Ta’lim mencakup pula pengetahuan teoritis, mengulang kaji secara lisan, dan menyuruh melaksanakan pengetahuan itu. Ta’lim mencakp pula aspek-aspek pengetahuan lainya serta ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan serta pedoman berperilaku. Jadi, berdasarkan analisis itu Abdul fattah jalal menyimpulkan bahwa menurut al-Qur’an ta’lim lebih luas serta lebih dalam dari pada tarbiyah.[4]

B. DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

1. Dasar Pndidikan Islam

Orang islam mengambil Kitab Suci Al-Qur’an sebagai dasar kehidupannya, untuk dijadikan sumber dalam ajaran islam. Inilah pula yang dijadikan dasar bagi ilmu pendidikan islam. Al-Qur’an dalam ayat-ayatnya ternyata memberikan jaminan juga kepada hadits Nabi Muhammad saw, ada perintah Tuhan yang mengatakan bahwa manusia beriman wajib mnegikuti Allah dan rasul-Nya. Rasul-Nya yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw. Perintah inilah (secara etimologis, jaminan inilah) yang dijadikan dasar oleh orang islam untuk mengunakan hadits nabi sebagai dasar kedua dalam kehidupan.

Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW juga menunjukan bahwa akal dapat juga digunakan dalm membuat aturan hidup bagi orang islam, yaitu bila Al-Qur’an dan hadits tidak menjelaskan aturan itu, dan aturan yang dibuat oleh akal tidak boleh bertentangan dengan jiwa Al-Qur’an dan Hadits bahkan penggunaan akal itu disuruh bukan saj diizinkan dalam Al-Quan dan hadits . penunjukkan ini merupakan legalitas dan jaminan untuk menggunakan akal dalam mengatur hidup orang islam. Kalau demikian maka secara operasional aturan Islam dibuat berdasarkan tiga sumber utama, yaitu Al-Qur’an, Hadits dan akal. [5]

Jadi sudah jelas sesuai penjelasan diatas bahwasannya dasar pndidikan islam adalah:

a. Al-Qur’an

b. Hadits Nabi Muhammad SAW

c. Akal

2. Tujuan Pendidikan Islam

Berbicara tentang tujuan pendidikan, tak dapat tidak mengajak kita bicara tentang tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya (survival), baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.[6] Tujuan pendidikan islam adalah ubudiyah (beribadat) memberhambakan diri pada Allah. Pendapat ini beralasan kepada firman Allah, artinya: “tidaklah mereka disuruh, melainkan supaya mereka menyembah Allah serta mengikhlaskan agama kepadaNya”. (Al-Bayyinah:5).

Tujuan pendidikan islam ialah menyiapkan anak-anak supaya diwaktu dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat sehingga tercipta kebahagiaan bersama dunia-akhirat.[7]

Perumusan ini ringkas dan pendek, tetapi isinya dalam dan luas. Supaya anak-anak cakap melaksanakan amalan akhirat mereka harus dididik, supaya beriman teguh dan beramal sholeh. Untuk pendidikan itu harus diajarkan: keimanan, akhlak, ibadat dan isi-isi Al-qur’an yang berhubungan dengan yang wajib dikerjakan dan yang haram yang mesti ditinggalkan. Supaya anak-anak cakap melaksanakan pekerjaan dunia, mereka harus dididik untuk mengerjakan salah satu dari macam-macam perusahaan, seperti bertani, berdagang, berternak, bertukang, menjadi guru, pegawai negeri, buruh (pekerja), dan sebagainya yaitu menurut bakat dan pembawaan masing-masing anak. Untuk menghasilkan semua itu anak-anak harus belajar ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan dunia dan ilmu pengetahuan yang berhubungna dengan amalan akhirat.

Untuk menetapkan tujuan pendidikan islam itu, dibawah ini dikemukakan beberapa alasan:

1. Firman Allah, artinya: tuntutlah kampung akhirat dengan apa-apa ynag dianugerahkan Allah kepadamu dan janganlah engkau lupakan nasib engkau dari pada dunia. Dalam ayat ini dengan tegas dinyatakan, bahwa seseorang muslim harus berani beramal untuk kampung akhirat, tetapi tidak boleh melupakan nasib “bagiaan” didunia ini. Untuk memperoleh nasib (bagian)di dunia ia harus melakukan pekerjaan dunia bukan hanya memangku tangan saja.

2. Dalam surat Al-Baqoroh ayat 200, 201, 202 ditegaskan bahwa ada orang yang berkata: “Ya, Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia.” Maka tak adalah bagian di akhirat. Dianytara mereka yang ada yang berkata: ya, tuhan kami, berilah kami kebaikan dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharakanlah kami daripada azdab neraka. Untuk mereka itu bagian dari usaha mereka sendiri. Oleh sebab itu tiap-tiap orang muslim harus berusaha untuk mencapai kebaikan di dunia dan kebaikan diakhirat. Kedua alasan tersebut cukup kuat untuk menetapkan perumusan tujuan pendidikan islam tadi.

3. Hadits Nabi SAW artinya: bukanlah yang trebaik diantara kamu orang yang meninggalkan dunia karena akhirat dan tidak pula orang yang meningalkan akhrat karena dunia. Tetapi yang terbaik adalah orang yang mengambil dari ini (dunia) dan ini (akhirat).

4. Atsar (perkataan) sahabat, artinya: beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selama-selamanya dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok harinya.

Dengan keterangan tersebut nyatalah, bahwa tujuan pendidikan islam amat dalam dan luas, ialah menghimpunkan antara kecerdasan perseorangan yang berdasarkan keagamaan dan ilmu pengetahuan dan kecakapan dalam perbuatan dan pekerjaan. Dengan perkataan lain menghimpun menghimpunkan antara ilmu pengetahuan dan amal perbuatan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an.

IV. KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan antara lain pada Konfrensi Internasional Pendidikan Islam Pertama (First World Conference on Muslim education) yang diselenggarakan oleh Universitas King Abdul Aziz, Jeddah pada tahun 1977, belum berhasil membuat rumusan yang jelas tentang definisi pendidikan menurut islam. Dalam bagian “Rekomendasi” Konfrensi tersebut para peserta hanya membuat kesimpulan bahwa pengertian pendidikan menurut islam ialah keseluruhan pengertian yang terkandung di dalam istilah ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib.

Dasar pndidikan islam adalah:

a. Al-Qur’an

b. Hadits Nabi Muhammad SAW

c. Akal

Tujuan pendidikan islam ialah menyiapkan anak-anak supaya diwaktu dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat sehingga tercipta kebahagiaan bersama dunia-akhirat.

V. PENUTUP

Demikian makalah ini kami buat, pemakalah menyadari masih banyak kekurangan untuk itu penulis mohon saran dan kritik yang membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca maupun pemakalah.

DAFTAR PUSTAKA

Langugulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan suatu analisa psikologi dan pendidikan, Jakarta: PT Al Husna zikra, 1995.

Priatna, Tedi, Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.

Suwarno, pengantar umum pendidikan ,Surabaya: Aksara Baru, 1982.

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Yunus, Mahmud, pendidikan dan pengajaran, jakarta: Hidakarya Agung, 1978.



[1] Tedi Priatna, Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004. hlm.1

[2] Suwarno, pengantar umum pendidikan ,Surabaya: Aksara Baru, 1982. hlm.2-3

[3] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. hlm.28

[4] Ibid. 29-31

[5] Ibid. hlm.22

[6] Hasan Langugulung, Manusia dan Pendidikan suatu analisa psikologi dan pendidikan, Jakarta: PT Al Husna zikra, 1995.hlm. 147

[7] Mahmud yunus, pendidikan dan pengajaran, jakarta: Hidakarya Agung, 1978. hlm.10

Kamis, 10 Maret 2011

RESENSI

NEOMODERNISME DALAM PENDIDIKAN

RESENSI

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, M.Si

Disusun Oleh :

Dewi Istiana

073311029

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010




Neomodernisme Dalam Pendidikan

Resensator : Dewi Istiana

Judul : Pendidikan Neomodernisme ( Telaah Pemikiran Fazlul Rahman )

Penulis : M. Rikza Chamami, M.Si.

Penerbit : Walisongo Press

Tahun terbit : 2010

Tebal : 224

Neomoderisme memberikan model pembaharuan dalam fenomena fase perkembangan dunia Islam. Neomoderisme menawarkan bentuk pembaharuan dalam tubuh Islam yang masih tetap memegang teguh tradisi dan ajaran pokok agama Islam. Berbagai macam deskripsi dan analisa pada bab II, dapat disimpulkan sebagai berikut :

Kategori-kategori (pembaharuan) dan (berpikir bebas) menjadi unsur utama pemikiran islam yakni menyiapkan dasar dari pemikiran kembali yang direalisasikan oleh sarana pendidikan. Pada prinsipnya Rahman mengagumi dan menghormati tradisi intelektual sebagaimana diwariskan oleh ulama.prasyaratnya adalah bahwa pendidikan tidak dibebani oleh urusan-urusan dogma dan kekahawatiran tentang perubahan yang membayangi. Tujuan utamanya adalah ingin menunjukkan bahwa beberapa bagian dalam sejarah disiplin ilmu hokum dan filsafat politik kehilangan hubungan dengan etika Al-Qur’an. dalam konteks pendidikan, neomodernisme mencoba untuk memberikan revisi atas pola pendidikan yang sangat sekuler rasional.

Neomoderisme mencoba untuk mengembangkan sikap kritis terhadap Barat maupun terhadap warisan- warisan kesejahteraannya sendiri. Bila kedua hal tersebut tidak dikaji secara obyektif, maka keberhasilannya dalam mengahadapi dunia modern merupakan suatu hal yang menghadapi dunia modern merupakan suatu hal yang absurt, bahwa kelangsungan hidupnya sebagai muslim pun akan sangat meragukaan. Tetapi bila umat Islam dapat mengembangkan prasyarat keyakinan diri, tanpa mengalah kepada Barat secara membabi buta atau menafikannya, maka tugas utama mereka yang paling mendasaar adalah mengembangkan suatu metodologi yang tepat dan logis (sound) untuk mempelajari Al-Qur’an guna mendapatkan petunjuk bagi masaa depanya.

Fazlur Rahman mencoba mendialogkan antara sesuatu yang lama dengan baru. Neomodernisme yang coba dikembangkan Fazlur Rahman pada hakikatnya bertujuan untuk menjembatani elemen penting, yaitu tradisi dan modernisasi yang selama ini dipertentangkan oleh cendikiawan muslim. Sesuai apa yang telah dijelaskan tentang neomodernisme adalah mencoba menjembatani tradisi dan modernisasi, tradisi dan modernisasi seakan tidak pernah menjumpai titik temu. Karenanya, hal yang paling urgen dalam kaidah neomodernisme yaitu menghindarkan pembuangan warisan budaya lamadan menghiasinya dengan pola pembaharuan.

Rancang bangun pendidikan tradisional mempunyai harapan besar akan pelestarian budaya lama, karena warisan masa lalu sangatlah berarti bagi pengembangan di masa yang mendatang. Penddikan tradisional mencoba untuk mengarahkan pada garis transfer knowledge artinya, sebuah proses pendidikan yang difokuskan pada bentuk pemberdayaan sistemik dan belum memberikan keleluasaan pada peserta didik. Segala hal yang menyangkut kebijakan masih menjadi otoritas lambaga dan masih berpegang teguh pada buku pegangan yang dibuat oleh lembaga. Sehingga rangkaian pendidikan tradisional ini tidak akan mampu mendorong siswa untuk aktif.

Rasionalitas yang semula dianggap universal juga dibatalkan. Setelah modernisme, lahir juga dua aliran yang mempunyai tanggapan berbeda yaitu pasca modernisme skeptis dan pasca modernisme altermatif. Dan ini menjadi perdebatan para ahli pada waktu itu terutama pada feel negatif dan ancamannya. Dari situlah kemudian muncul istilah neo-modernisme yang mempunyai subtansi pencerahan “dunia pendidikan” dengan penyesuaian mas yang sedang berkembang. Metode suatu gerakan ganda Fazlur Rahman dapat diterapkan untuk memberi alternatif solusi atas problem-problem umat, termasuk problem pendidikan. Penerapan metode ini pada problem pendidikan telah dicontohkan oleh Rahman untuk kasus pendidikan di Pakistan melalui empat langkah sebagai berikut. Langkah pertama adalah identifikasi terhadap pendidikan umat Islam ketika itu. Langkah kedua adalah menemukan problem pendidikan di Pakistan. Langkah ketiga adalah mencari rujukan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Identifikasi terhadap pendidikan umat Islam di Pakistan yang dilakukan Fazlur Rahman, waktu itu telah ditemukan suatu problem utama, yaitu probem ideologis.

Pendidikan bagi Fazlur Rahman adalah pokok utama yang harus dikedepankan dalam semua bentuk pembaharuaan Islam. Model pendidikan ini cukup mampu menjembatani ketertinggalan dinamika pemikiran Islam atau Klaim kemandulan budaya piker masyarakat muslim.