Selasa, 29 Juni 2010

laporan MPI

MANAJEMEN KURIKULUM

di MTs NU 02 Al Ma’arif Kecamatan Boja Kabupaten Kendal



Laporan Penelitian

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Manajemen Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Drs. H. Fatah Syukur NC. M.Ag











Disusun Oleh :


DEWI ISTIANA

073311029

KI VI


FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

PENGANTAR PENULIS


”Alhamdulillahi rabbil ’alamin” penulis ucapkan atas hidayah-Nya laporan ini dapat terselesaikan. Laporan ini merupakan salah satu tugas dari Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Islam.

Dalam laporan ini menguraikan suatu hal yang berhubungan dengan manajemen kurikulum dan lebih tepatnya adalah tentang penerapan kurikulum di MTs. NU 02 Al Ma’arif Boja. Penulis mengambil tema ini karena kurikulum adalah komponen terpenting dalam rumpun pendidikan yang selalu berubah.

Tegur sapa, kritik dan saran sangat penulis harapkan dalam rangka memperbaiki dan memperkaya kajian keilmuan di bidang manajemen kurikulum. Tak ketinggalan apresiasi dan ungkapan jazakumullah khairal jaza’bi ahsan al jaza’ penulis sampaikan kepada seluruh pembaca dan pihak-pihak yang telah mendukung selesainya penulisan laporan ini.


Semarang, 20 Mei 2010

Penulis,















DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL

PENGANTAR PENULIS 1

DAFTAR ISI 2


BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang 3

  2. Rumusan Masalah 8

  3. Metode Penelitian 8


BAB II KAJIAN TEORI

  1. Pengertian Manajemen Kurikulum 11

  2. Konsep Manajemen Kurikulum 14

  3. Dasar-dasar Manajemen Kurikulum 15

  4. Kurikulum dalam Pendidikan 16

  5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 1


BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

  1. Profil Sekolah 11

  2. Penerapan Manajemen Kurikulum di MTs NU 02 Al Ma’arif Kecamatan Boja Kabupaten Kendal 14

  3. Struktur Kurikulum di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja 16

  4. Muatan Kurikulum di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja 17


BAB IV PENUTUP

  1. Kesimpulan 25

  2. Saran 26


DAFTAR PUSTAKA


BAB 1

PENDAHULUAN



  1. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian proses kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, sistematik, berkesinambungan, terpola, dan terstruktur terhadap anak didik dalam rangka membentuk para peserta didik menjadi seorang insan yang berkualitas baik secara intelek maupun moral spiritual. Pendidikan adalah aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan kedewasaannya (M. Joko Susilo 2007 : 24).

Perkembangan pendidikan menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, indikatornya adalah munculnya sekolah-sekolah baru yang menawarkan berbagai kelebihan dalam membekali peserta didik. Untuk itu, maka perlu adanya pembenahan disetiap lini atau perkembangan lembaga pendidikan tersebut, jika tidak maka harus bersiap tertinggal dan tidak diminati lagi oleh para calon peserta didik.

Sesuai dengan salah satu tujuan Negara Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, maka dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 diamanatkan adanya kenaikan anggaran pendidikan menjadi 20 % dari APBN. Anggaran pendidikan lebih tinggi dari anggaran kesehatan, karena program ini bertujuan mewujudkan manusia yang sejahtera lahir dan batin, serta menguasai sains dan teknologi dengan tetap memprespektifkan etis dan panduan moral. Seperti terlihat di negara-negara maju, kemajuan dan penguasaan sains dan teknologi yang berlangsung tanpa perspektif etis dan bimbingan moral akan menimbulkan berbagai dampak negatif. Hal ini, pada gilirannya akan menciptakan masalah-masalah kemanusiaan yang cukup berat, diantaranya krisis nilai-nilai moral, sosial dan kekosongan nilai-nilai kerohanian dan sebagainya.

Mempertimbangkan kenyataan ini, pengembangan dan penguasaan sains dan teknologi di Indonesia, seyogyanya berlandaskan pada wawasan moral dan etis. Indonesia mempunyai sejumlah modal besar yang memadai. Untuk mewujudkan cita-cita ini, di antara modal dasar yang terpenting adalah kenyataan bahwa rakyat dan masyarakat Indonesia adalah umat religius yang sangat menghormati ajaran-ajaran agama.

Melihat kondisi masyarakat Indonesia yang seperti ini, banyak para orang tua peserta didik memasukkan anak-anak mereka ke dalam pondok pesantren dengan nuansa keagamaan yang masih sangat kental. Mereka ingin mendidik anak-anak mereka dalam suasana keagamaan sebanyak mungkin agar dapat menjadi pondasi yang kokoh dalam menghadapi dampak negatif perkembangan zaman. Usaha ini menghadapi problem yang serius, yaitu tertinggalnya anak-anak mereka dari kehidupan modern selepas mereka dari pendidikan tradisional tersebut. Lulusan sekolah-sekolah keagamaan tradisional ini pada umumnya menjadi gagap dan tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan modern.

Realita inilah yang membuat para orang tua berfikir untuk membuat alternatif lain sebagai ganti dari sekolah-sekolah keagamaan tradisional tersebut. Mereka sadar bahwa meski pendidikan dan kultur keagamaan diperlukan bagi masa depan anak-anak tetapi modernisasi juga perlu diakomodir agar anak-anak mereka juga dapat menjadi pemenang dalam kehidupan dunia. Sekolah haruslah mampu memberi bekal dasar-dasar keagamaan yang cukup sekaligus mampu membuat anak-anak mereka tampil cakap di dunia modern, hal ini senada dengan Abdul Wahid mengutip Mucthar Bukhori bahwa tuntunan dalam pendidikan mencakup kemampuan untuk mengetahui pola perubahan dan kecenderungan yang sedang berjalan (Abdul Wahid, 2002 : 264), kesadaran inilah yang kemudian menumbuhsuburkan sekolah-sekolah yang berbasis keagamaan yang mengusung ilmu pengetahuan dan teknologi modern dalam kurikulum mereka sebagai upaya untuk menghadapi dan menanggapi tuntutan yang berkembang pada masa ini. Perkembangan selanjutnya di tanah air, banyak muncul lembaga-lembaga formal berbasis keagamaan. Sekolah dengan label SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu), SMPIT (Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu), SMAIT (Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu) marak didirikan dimana-mana.

Dalam kaitannya dengan pendidikan Ladge (Zuhairini, 2004:10) mengemukakan pengertian pendidikan dalam arti yang luas, yaitu ” life is education, and education is life”. Akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan. Jadi pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan sepanjang hidupnya yang dapat memberikan pengaruh baik dalam menentukan masa depan yang cemerlang sejahtera dan bahagia.

Dalam arti yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar-dasar pandangan hidup ke generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan landasan serta lingkungan belajar yang serba terkontrol.

Dengan pengertian pendidikan diatas dapat kita pahami bahwa pendidikan formal di sekolah hanyalah bagian kecil saja dari pendidikan informal secara umum, tapi pendidikan formal merupakan pendidikan inti yang sangat urgen dan tidak bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan secara keseluruhan.1

jadi pendidikan formal lebih bersifat sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoritik dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Pendidikan juga suatu proses pembelajaran sebab pada kenyataanya proses pendidikan yang dilaksanakan berbagai lembaga pendidikan banyak dilakukan bahkan tidak lepas dari apa yang namanya proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar yang dirancang dn dijalankan secara professional (Faturrahman, 2007:8) sehingga dapat dikatakan bahwa belajar mengajar tidak dapat disepelekan dan diabaikan dlm dunia pendidikan.

Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan perlu sebuah kurikulum pendidikan yang nilai relevansinnya tinggi, atau kesesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan nasional.

Perkembangan selanjutnya di tanah air, banyak muncul lembaga-lembaga formal berbasis keagamaan, salah satunya adalah MTs NU 02 Al Ma’arif Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Seiring diundanngkannya UU No. 22 tahun 1999 pasal 11 tentang otonomi daerah dalam bidang pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, koperasi serta tenaga kerja. Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan berada di bawah kewenangan daerah kabupaten dan kota (E. Mulyasa, 2006 : 5)

Ketentuan otonomi daerah sebagaimana diuraikan diatas, telah membawa perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan. Bila sebelumnya manajemen pendidikan merupakan wewenang pusat, dengan berlakunya undang-undang tersebut, kewenangan tersebut dialihkan ke pemerintah kota dan kabupaten. Pemerintah daerah untuk selalu senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam berbagai tahap pembangunan pendidikan, sejak tahap perumusan, perencanaan, pelaksanaan dan monitoring di daerah masing-masing sejalan dengan kebijakan pendidikan nasional yang digariskan pemerintah. Sekolah sebagai ujung tombak dari kebijakan pemerintah daerah dalam menjalankan kebijakannya dalam dunia pendidikan, diharapkan mampu mengembangkan kurikulum sendiri yang sesuai dengan keadaan demografis, perkembangan sosial, ekonomi, budaya dan teknologi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat sekitarnya.

Seiring dengan diterapkannya kurikulum tingkat satuan pendudikan (KTSP) yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing sehingga menjamin lulusannya dapat berkompetensi dan memperoleh peluang besar untuk mengisi kebutuhan sumberdaya manusia (SDM) yang dibutuhkan masyarakat. Tentu saja kurikulum yang hanya mengandung unsur duniawi tidaklah cukup untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi pada masyarakat atas efek globalisasi dan modernisasi yang diiringi oleh dampak westernisasi yang diikuti oleh para remaja saat ini. Para orang tua menginginkan anak-anak mereka mempunyai pondasi keagamaan yang kokoh serta dapat menguasai ilmu-ilmu sains dan teknologi yang handal. KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan. (Mulyasa,2007:21)

Kurikulum adalah program pembelajaran yang disediakan untuk membelajarkan siswa dalam sebuah lembaga pendidikan sehingga akan menghasilkan output sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu diadakannya manajemen kurikulum yang baik sehingga dapat menghasilkan output yang diharapkan. Banyak definisi kurikulum yang saling berbeda antara satu dan lainnya, disebabkan karena perbedaan landasan filsafat yang dianut oleh para penulis berbeda-beda, akan tetapi adanya kesamaan fungsi, yaitu bahwa kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan.2

Dari paparan di atas, penulis bermaksud meneliti manajemen kurikulum sebuah lembaga pendidikan berupa madrasah tsanawiyah sebagai pendidikan formal. Obyek penelitian ini adalah MTs NU 02 Al-Ma’arif Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Dibawah yayasan Al Ma’arif.


Beberapa hal yang menarik penulis untuk mengadakan penelitian ditempat ini antara lain diterapkannya dua model kurikulum, yang pertama adalah kurikulum Diknas dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mencakup pelajaran-pelajaran wajib nasional, sehingga para siswa dapat mempunyai standar kemampuan nasional dengan lulus dalam ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN). Yang kedua adalah kurikulum pesantren yang mencakup pelajaran-pelajaran keagamaan, penyaluran bakat, bimbingan, konseling, dan kegiatan ekstra kurikuler.

Dengan diterapkannya dua model kurikulum ini, MTs NU 02 Al Ma’arif Kecamatan Boja Kabupaten Kendal mampu berprestasi ditingkat kecamatan dan kabupaten dengan menjuarai beberapa perlombaan pelajaran umum dan keagamaan. Para siswa yang menyelesaikan studi di MTs NU 02 Al Ma’arif Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ini diharapkan mempunyai kemampuan akademik IPTEK dan pondasi keagamaan yang kokoh dengan Al-Qur’an sebagai landasan utamanya.


  1. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Profil sekolah (sejarah berdiri sekolah, visi misi dan tujuan)

  2. Penerapan manajemen kurikulum di MTs NU 02 Al ma’arif Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

  3. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja Kendal


  1. Metode Penelitian

  1. Rancangan Penelitian

Dalam kegiatan penelitian kerangka atau rancangan penelitian merupakan unsur pokok yang harus ada sebelum proses penelitian dilaksanakan. Karena dengan sebuah rancangan yang baik pelaksanaan penelitian menjadi terarah, jelas dan maksimal.

Terkait dengan penelitian ini, maka penulis menggunakan jenis penelitian korelasional angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel. (Arikunto, 2006:270)


  1. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini mempunyai ciri khas yang terletak pada tujuannya, yakni mengetahui kurikulum sekolah di MTs NU 02 Al Ma’arif Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.


  1. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis metode penelitian yaitu:

  1. Wawancara

Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan dialog yang dilakukan oleh pewawancara dalam hal ini penulis, untuk memperoleh informasi dari terwawancara atau objek penelitian.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan keterangan yang dibutuhkan, baik terhadap sekolah (kepala sekolah), guru dan siswa. Wawancara dilakukan secara langsung, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana penerapan kurikulum di MTs NU 02 Al ma’arif Boja Kabupten Kendal Tahun 2010.


  1. Observasi

Observasi adalah mengamati dan mendengar perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan manipulasi tau mengendalikan serta mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan ke dalam tingkat penafsiran analisis. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang dapat diamati secara langsung seperti aktivitas siswa di sekolah, kegiatan pengajaran digunakan ke dalam tingkat penafsiran analisis, metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang dapat diamati secara langsung seperti kegiatan pembelajaran, mekanisme penerapan kurikulum, dan lain-lain.


  1. Metode Analisis Data

Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka langkah berikutnya adalah mereduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan itu kemudian dikategorikan pada langkah-langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat coding. Tahap terakhir dalam analisa data ini ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. 3










BAB II

KAJIAN TEORI



  1. Pengertian Manajemen Kurikulum

  1. Manajemen

Manajemen Yaitu proses untuk melaksanakan tujuan organisasi dengan cara mengarahkan sumberdaya yang ada untuk mencapai goal. Keberhasilan mencapai goal ini, biasanya disebut produktifitas.

Fungsi manajemen meliputi Planning, Organizing, Directing, Controlling.4

  1. Kurikulum

Secara harfiah kurikulum berasal dari bahasa latin, curriculum yang berarti bahan pengajaran. Kata kurikulum menjadi suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan pada sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah. 5

Pengertian ini sejalan dengan pendapat Crow and Crow yang mengatakan bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai pelajaran syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu. Selain itu pula yang berpendapat bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Dari berbagai pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa kurikulum pada hakikatnya adalah rancangan mata pelajaran bagi suatu kegiatan jenjang pendidikan tertentu dan dengan menguasainya seseorang dapat dinyatakan lulus dan berhak mendapat ijazah.

Menurut Sylor dan Alexander sebagaimana dikutip S. Nasution, mengatakan bahwa kurikulum bukan hanya sekedar memuat sejumlah mata pelajaran, akan tetapi termasuk pula di dalamnya segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik usaha itu akan dilakukan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Sedangkan menurut Hasan Langgulung, kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian baik di dalam maupun di luar kelas.6

Kurikulum pada dasarnya bisa dikembangkan menjadi sumber pengajaran yang terdapat diluar kelas, seperti perpustakaan, museum, majalah, surat kabar, radio, pabrik, dan sebagainya. Dengan cara ini para peserta didik dapat terus mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, kebudayaan dan lainnya yang terjadi di luar sekolah. 7

Kurikulum merupakan bagian penting dari lembaga pendidikan atau sekolah, karena kurikulum merupakan sejumlah program pendidikan yang disajikan kepada peserta didik dalam waktu pada masing-masing jenjang pendidikan, yang keberhasilannya banyak ditentukan oleh penerapannya di sekolah atau lembaga pendidikan terkait.8


  1. Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum merupakan substansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap : (a) perencanaan; (b) pengorganisasian dan koordinasi; (c) pelaksanaan; dan (d) pengendalian. Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :

  1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai : (1) analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3) menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.

  2. Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah : (1) perumusan rasional atau dasar pemikiran; (2) perumusan visi, misi, dan tujuan; (3) penentuan struktur dan isi program; (4) pemilihan dan pengorganisasian materi; (5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; (6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara mengukur hasil belajar.

  3. Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah: (1) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan); (3) penentuan strategi dan metode pembelajaran; (4) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan (6) setting lingkungan pembelajaran

  4. Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilaian kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif)9


Dengan demikian manajemen kurikulum pendidikan merupakan program yang direncanakan dan dirancang yang mempunyai isi berbagai bahan ajar yang berasal dari waktu yang lalu, sekarang maupun yang akan yang datang, berbagai bahan ajar tersebut dirancang secara sistematik. Program tersebut akan dijadikan pedoman bagi tenaga pendidik maupun peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar dapat mencapai cita-cita yang diharapkan sesuai dengan yang tertera pada tujuan pendidikan.10


  1. Konsep Manajemen Kurikulum

Konsep manajemen kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianut. Ada dua konsep yang terlebih dahulu harus dipahami dalam manajemen kurikulum yaitu pendidikan dan kurikulum . korelasi antara keduanya sangat erat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Lebih dari itu setiap konsep diatas baru bermakna dalam konteks hubungan keduanya.

  1. Pendidikan

Pendidikan adalah upaya manusia untuk : memanusiakan manusia” pendidikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan atau potensi individunya sehingga bisa hidup baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan social sebagai pedoman hidupnya.

Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan terjadi melalui interaksi insani. Tanpa batas ruang dan waktu. 11




  1. Kurikulum

Manajemen kurikulum dalam pendidikan di artikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak didik memperoleh ijazah.


  1. Dasar-dasar Manajemen Kurikulum

Kedudukan Manajemen Ada empat landasan pokok dalam melaksanakan, membina dan mengembangkan manajemen ke empat landasan atau dasar tersebut adalah:

  1. Dasar Filosofis

Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik” apakah yang dimaksud “baik” pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang di anut Negara, tapi juga guru, orang tua, masyarakat bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, jadi juga bahan pelajaran yang disajikan, mungkin juga cara mengajar dan menilainya.

Manajemen kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat bangsa dan Negara terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai dengan pendidikan formal.

  1. Dasar Psikologis

  1. Psikologi Anak

Sekolah didirikan untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi untuk mengembangkan bakatnya, sejak permulaan abad ke-20 anak kian mendapat perhatian menjadi salah satu asas dalam pengembangan kurikulum, yaitu “ child centered curriculum”.

  1. Psikologi Belajar

Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dapat dipengaruhi kelakuannya.12

  1. Dasar Sosiologis

Tiap masyarakat mempunyai norma-norma yang harus dikenalkan dan diwujudkan anak dalam pribadinya dan dinyatakan dalam kelakuannya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaan. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum pendidikan.

  1. Dasar organisatoris

Tidak ada kurikulum yang baik dan tidak baik, setiap organisasi kurikulum mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dan kekurangan ditinjau dari segi-segi tertentu. Selain bermacam-macam organisasi kurikulum dapat dijalankan di suatu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau melengkapi yang satu lagi.


  1. Kurikulum dalam Pendidikan

Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidikan juga dapat berinteraksi langsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. Dalam lingkungan keluarga, interaksi terjadi antara orang tua sebagai pendidik, anak sebagai peserta didik. Interaksi ini tanpa rencana tertulis. Seiring kali orang tua tidak mempunyai rencana yang jelas dan rinci kemana anak diarahkan, dengan anak dididik, dan apa isi pendidikannya. Pada umumnya orang tua berharap kepada anaknya, mudah-mudahan ia menjadi anak sholeh, sehat, pandai, dan sebagainya, tetapi bagaimana rincian sifat-sifat tersebut bagi mereka tidak jelas.

Dalam kehidupan keluarga interaksi pendidikan terjadi setiap saat, setiap bertemu orang tua, berdialog, bergaul, dan kerjasama dengan anaknya. Pada perilaku tersebut yang diberikan kepada anaknya, orang tua tidak mengetahui kesalahan-kesalahan dalam mendidik besar sekali. Orang tua mendidik tanpa persiapan yang forma, tidak memiliki rancangan yang kongkret dan ada kalanya tidak disadari, maka pendidik dalam lingkungan keluarga tersebut pendidikan informal. Pendidikan tersebut tidak memiliki kurikulum formal dan tertulis.13

Telah di uraikan sebelumnya, bahwa adanya rancangan atau kurikulum formal dan tertulis merupakan cirri utama pendidikan di sekolah. Dengan kata lain manajemen kurikulum merupakan syarat mutlak, hal itu berarti bahwa kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran.

Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan, kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, pedoman, pegangan tentang jenis, lingkup dan urutan isi.14


  1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Menurut David Pratt mendefinisikan kurikulum yakni “sebagai seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat pelatihan”.

Kurikulum dalam perspektif penulis suatu sistem perencanaan yang dipakai dalam pembelajaran secara terorganisasi yang terdiri dari beberapa komponen yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Dalam pernyataan definisi yang telah penulis sebutkan dalam perspektif penulis ada beberapa hal yang menjadi poin penting yakni pada kata “membentuk satu kesatuan” maksud dari bacaan tersebut bahwa didalam kurikulum ada beberapa komponen yang tidak dapat dipisahkan untuk memcapai target dan tujuan dari kurikulum yang telah didesain untuk direalisasikan. Diantara komponen tersebut adalah rencana, tujuan, isi, organisasi, strategi.

Rencana berisi proses pembelajaran. Tujuan meliputi aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diharapkan setelah mempelajari tiap bidang studi. Isi meliputi jenis bidang studi yang dianjurkan dan isi program masing-masing bidang tersebut. Organisasi merupakan kerangka program pengajaran yang akan disampaikan pada siswa berupa program pendidikan umum, akademis, keguruan, keterampilan. Strategi dapat ditempuh dengan cara pengejaran, penilaian, bimbingan dan konseling, pengetesan kegiatan.(Tambunan: 2007)

Peraturan Mendiknas No. 22, 23 dan 24 tahun 2006 tentang SI dan SKL, dan pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23 telah mendasari setiap satuan pendidikan tingkat pendidikan dasar dan menengah agar proaktif untuk menyikapi perangkat hukum tersebut secara visioner dan meninggalkan paradigma lama yang selalu menunggu juklak / juknis dari atas. Dengan kata lain, setiap satuan pendidikan beserta stakeholdernya harus mengambil inisiatif untuk menyongsong paradigma baru dalam pendidikan tersebut melalui penyusunan KTSP yang lebih fleksibel sesuai dengan karakteristik peserta didik, situasi dan kondisi satuan pendidikan (sekolah), potensi/ karakteristik daerah, atau kondisi sosial budaya masyarakat daerah setempat. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di daerah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) merupakan model pengembangan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang bersifat desentralisasi ( SNP pasal 1 ayat 15 ).

Penyusunan KTSP yang dilandasi oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, hendaknya tetap mengacu pada standar nasional pendidikan nasional yang mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar itu yaitu standar isi dan standar kompetensi lulusan merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Sedangkan menurut E.Mulyasa KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “ full authority and responsibility “ dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi dan tujuan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan semua itu, sekolah dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggungjawabkannya.















BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN


    1. Profil Sekolah

  1. Sejarah Berdirinya Madrasah Tsanawiyah NU 02 Al Ma’arif Boja

Madrasah Tsanawiyah NU 02 Al Ma’arif Boja, yang sering dikenal dengan sebutan MTs. Boja semakin tumbuh dan berkembang. Sekolah ini menampung lulusan SD maupun MI dari berbagai penjuru di wilayah boja dan sekitarnya, bahkan merupakan SLTP yang jumlah siswanya terbesar di wilyah Boja.

MTs. Boja letaknya sangat strategis berada di jantung kota Boja yaitu di jalan Pemuda 109, yang mudah di jangkau dengan kendaraan umum, dekat dengan beberapa pondok pesantren dan berbagai sarana umum lainnya.

Lembaga pendidikan yang bernuansa islami didirikan pada tanggal 2 Agustus 1965 oleh yayasan Al Ma’arif Boja, yang sadar dan menaruh perhatian terhadap keadaan dan perkembangan bidang pendidikan umat Islam pada khususnya bangsa Indonesia pada umumnya. Para pendirinya yaitu Ky.H.Chudlori M, Ky. Umar Sidiq, M. Mochlas, Jundari, H.Muh Ambari, Masyhuri Faishal.

Di dalam perkembangannya dengan berbagai fasilitas dan komponen yang ada, MTs. Boja selalu berkeinginan untuk meningkatkan mutu, pelayanan, dan prestasinya di dalam dunia pendidikan..


  1. Visi, Misi Madrasah Tsanawiyah NU 02 Al Ma’arif Boja

  1. Visi

Mencetak siswa beriman, cerdas terampil dan berakhlaqul karimah.

  1. Misi

  1. menanamkan nilai-nilai ajaran agama Islam yang berfaham Ahlussunah wal jamaah melalui pembelajaran yang terintegrasikan dengan amalan sehari-hari

  2. menumbuhkan semangat belajar yang efektif dengan menitik beratkan pada IMTAQ dan IPTEK yang seimbang dan berdaya guna.

  3. Mengembangkan kebersamaan yang kuat bagi warga madrasah sehingga dapat bersikap santun, arif dan berakhlakul karimah.

  4. Meningkatkan daya saing yang kompetitif warga madrasah untuk mengenbangkan kualitas anak, kepribadian yang islami, penalarn serta ketrampilan.

  5. Membudayakan warga madrasah dalam keselarasan dan keseimbangan untuk mencapai tujuan keimanan, kecerdasan, dan ketrampilan.


    1. Penerapan Manajemen Kurikulum di MTs NU 02 Al Ma’arif Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

      1. Kurikulum di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja

Sebelumnya kita lebih dahulu melihat arti pendidikan di MTs NU 02 Al Ma’arif boja ini. Pendidikan disini merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan umum maupun pengetahuan keagamaan yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum merupakan bagian penting dari lembaga pendidikan atau sekolah, karena Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh

Dari hasil wawancara yang dijawab oleh Waka Kurikulum MTs nu 02 Al Ma’arif Boja bahwa kurikulum di madrasah ini mengadopsi dua model kurikulum, Yaitu:

    1. Kurikulum Diknas

Kurikulum Diknas adalah dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mencakup pelajaran-pelajaran wajib nasional, sehingga para siswa dapat mempunyai standar kemampuan nasional dengan lulus dalam ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN).

    1. Kurikulum Depag

Kurikulum pesantren yang mencakup pelajaran-pelajaran keagamaan, penyaluran bakat, bimbingan, konseling, dan kegiatan ekstra kurikuler.

Di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja ini dalam mendidik siswa-siswinya selalu mengikuti perubahan kurikulum yang dipakai oleh Diknas, seperti KTSP sekarang ini.


  1. Kendala Pelaksanaan kurikulum di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja

Berdasarkan hasil wawancara, waka kurikulum menjelaskan bahwa dalam melaksanakan kurikulum terdapat beberapa kendala, diantaranya adalah:

  1. Faktor Guru

Di guru menjadi salah satu faktor kendala dalam melaksanakan kurikulum, hal ini disebabkan guru kurang mendalami metode-metode pembelajaran yang bervariasi, profesionalisme kurang karena sebagian guru ada yang berfungsi ganda, artinya guru mengajar 2 mata pelajaran atau guru mendidik sekaligus merangkap sebagai tenaga kependidikan.

  1. Faktor Sarana Prasarana

Faktor sarana prasarana menjadi faktor kendala, karena di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja sarana prasarana kurang mendukung pada proses pembelajaran. seperti kurangnya media dan buku.


  1. Struktur Kurikulum di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja

Struktur kurikulum untuk madrasah tsanawiyah, terdiri atas:

a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;


d. kelompok mata pelajaran estetika;

e. kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan

Tabel Struktur Kurikulum di MTs.Boja

Komponen

Kelas dan Alokasi Waktu


VII

VIII

IX

A. Mata Pelajaran


u


1. Pendidikan Agama




a. Qur’an Hadits

2

2

2

b. Aqidah Ahklak

2

2

2

c. Bahasa Arab

2

2

2

d. Fiqih

2

2

2


2

2

2

2. Pendidikan Kewarganegaraan

2

2

2

3. Bahasa Indonesia

4

4

4

4. Bahasa Inggris

4

4

4

5. Matematika

4

4

4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial

4

4

4

7. Ilmu Pengetahuan Alam

4

4

4

8. Seni Budaya

2

2

2

9. Pen-Jas-Kes

2

2

2

10. Ketrampilan TIK

2

2

2

B. Muatan Lokal




1. Bahasa Jawa

2

2

2

2. Ke-NU-an

1

1

1

C. Pengembangan Diri




1. BP

1

1

1

2. BTA

2

2

2

JUMLAH

40

40

40


  1. Muatan Kurikulum di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja

Muatan kurikulum untuk Madrasah Tsanawiyah, terdiri atas:

  1. Mata Pelajaran Wajib

Mata pelajaran wajib yang dipakai seperti mata pelajaran yang telah ditentukan oleh Diknas. yang mencakup pelajaran-pelajaran wajib nasional, sehingga para siswa dapat mempunyai standar kemampuan nasional dengan lulus dalam ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN).

  1. Muatan Lokal

Muatan lokal yang ada di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja adalah BTA (Baca Tulis Al-Qur’an), Bahasa Jawa, BP, dan Ke-NU-an.

  1. Pengembangan Diri

  2. Pengaturan Beban Belajar

  3. Ketuntasan Belajar

Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan

  1. Analisis Data

Pendidikan di sini merupakan investasi yang paling utama bagi bangsa, apalagi bangsa yang berkembang. Manajemen atau pengelolaan di sini merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasannya tanpa adanya pengelolaan tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif dan efisien. Seperti hal nya kurikulum, karena kurikulum adalah bagian terpenting dari pendidikan. manajemen kurikulum merupakan syarat mutlak, hal itu berarti bahwa kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran.

Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan, kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, pedoman, pegangan tentang jenis, lingkup dan urutan isi.

Kurikulum yang di terapkan di MTs. Boja adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan model pengembangan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang bersifat desentralisasi (SNP pasal 1 ayat 15). Penyusunan KTSP yang dilandasi oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

BAB IV

PENUTUP


  1. Kesimpulan

Dalam perkembangan suatu negara tergantung pada mutu suatu pendidikan, karna pendidikan merupakan salah satu penunjang dalam perkembangan negara, dalam perkembangan modernisasi ini negara kita ingin mencoba ikut berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan seperti negara-negara maju khususnya.

Di negara-negara maju telah banyak mengalami perubahan terutama dalam hal pendidikan , karana bagai mereka pendidikanlah yang membentuk suatu negara itu akan berkembang pesat, seperti yang telah di katakan oleh orang jerman pada waktu mereka kalah dalam berperang “pendidikan ku telah mati” , bagaimana pendidikan tersebut bisa berkembang? salah satunya cara mengembangkan pendidikan tersebut adalah mengembangkan dalam tubuh pendidikan yaitu kurikulum, karana kurikulum yang di jadikan acuan dalam pendidikan.

Begitu pula yang terjadi di MTs. Boja, di madrasah ini kurikulum juga menjadi elemen pokok, dan disini menerapkan dua kurikulum yaitu kurikulum dari diknas dan kurikulum Depag.


  1. Saran

Untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan semua berasal dari kesiapan dan kematangan manajemen yang telah disiapkan, demikian pula dengan kurikulum agar pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien, maka semua itu harus kelola dengan baik.






DAFTAR PUSTAKA


Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ASP/article/view/1257

http://mtsma.blogspot.com/2010/02/manajemen-sekolah-pengertian-fungsi-

Lexy, Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya.

Nana Syaodah Sukmadinata, 2009. Pengembangan kurikulum teori dan praktik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nana Sujana. 1991. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di sekolah. Bandung: CV:Sinar Baru Bandung.

Nata, Abuddin..1997. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos.

S, Nasution, M.A. 2003. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara

Tambunan, Makalah; Perspektif Kurikulum Pendidikan Indonesia Pada Tahun 2005, jember, 2007.

www. MSS.com,pdf

1 Syaodih Sukmadinata, Pengembangan kurikulum teori dan praktik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009. hlm 2

2 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, hlm 1

3 Lexy,Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2000. hlm 190

4 www. MSS.com,pdf

5 Nata, Abuddin. Filsafat Pedidikan Islam 1, 1997. Jakarta: Logos. hal, 123

6 S, Nasution, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003. hlm 4

7 Ibid, hlm 123

8 http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ASP/article/view/1257

9 http://mtsma.blogspot.com/2010/02/manajemen-sekolah-pengertian-fungsi-dan.html

10 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Op.cit. hlm 2-3

11Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di sekolah, Bandung: CV:Sinar Baru Bandung. 1991. hlm 2

12.S,Nasution, op.cit. hlm 12

13 Nana syaodih Sukmadinata, op.cit. hlm 1

14 Ibid, hlm 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar