Kamis, 10 Maret 2011

RESENSI

NEOMODERNISME DALAM PENDIDIKAN

RESENSI

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, M.Si

Disusun Oleh :

Dewi Istiana

073311029

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010




Neomodernisme Dalam Pendidikan

Resensator : Dewi Istiana

Judul : Pendidikan Neomodernisme ( Telaah Pemikiran Fazlul Rahman )

Penulis : M. Rikza Chamami, M.Si.

Penerbit : Walisongo Press

Tahun terbit : 2010

Tebal : 224

Neomoderisme memberikan model pembaharuan dalam fenomena fase perkembangan dunia Islam. Neomoderisme menawarkan bentuk pembaharuan dalam tubuh Islam yang masih tetap memegang teguh tradisi dan ajaran pokok agama Islam. Berbagai macam deskripsi dan analisa pada bab II, dapat disimpulkan sebagai berikut :

Kategori-kategori (pembaharuan) dan (berpikir bebas) menjadi unsur utama pemikiran islam yakni menyiapkan dasar dari pemikiran kembali yang direalisasikan oleh sarana pendidikan. Pada prinsipnya Rahman mengagumi dan menghormati tradisi intelektual sebagaimana diwariskan oleh ulama.prasyaratnya adalah bahwa pendidikan tidak dibebani oleh urusan-urusan dogma dan kekahawatiran tentang perubahan yang membayangi. Tujuan utamanya adalah ingin menunjukkan bahwa beberapa bagian dalam sejarah disiplin ilmu hokum dan filsafat politik kehilangan hubungan dengan etika Al-Qur’an. dalam konteks pendidikan, neomodernisme mencoba untuk memberikan revisi atas pola pendidikan yang sangat sekuler rasional.

Neomoderisme mencoba untuk mengembangkan sikap kritis terhadap Barat maupun terhadap warisan- warisan kesejahteraannya sendiri. Bila kedua hal tersebut tidak dikaji secara obyektif, maka keberhasilannya dalam mengahadapi dunia modern merupakan suatu hal yang menghadapi dunia modern merupakan suatu hal yang absurt, bahwa kelangsungan hidupnya sebagai muslim pun akan sangat meragukaan. Tetapi bila umat Islam dapat mengembangkan prasyarat keyakinan diri, tanpa mengalah kepada Barat secara membabi buta atau menafikannya, maka tugas utama mereka yang paling mendasaar adalah mengembangkan suatu metodologi yang tepat dan logis (sound) untuk mempelajari Al-Qur’an guna mendapatkan petunjuk bagi masaa depanya.

Fazlur Rahman mencoba mendialogkan antara sesuatu yang lama dengan baru. Neomodernisme yang coba dikembangkan Fazlur Rahman pada hakikatnya bertujuan untuk menjembatani elemen penting, yaitu tradisi dan modernisasi yang selama ini dipertentangkan oleh cendikiawan muslim. Sesuai apa yang telah dijelaskan tentang neomodernisme adalah mencoba menjembatani tradisi dan modernisasi, tradisi dan modernisasi seakan tidak pernah menjumpai titik temu. Karenanya, hal yang paling urgen dalam kaidah neomodernisme yaitu menghindarkan pembuangan warisan budaya lamadan menghiasinya dengan pola pembaharuan.

Rancang bangun pendidikan tradisional mempunyai harapan besar akan pelestarian budaya lama, karena warisan masa lalu sangatlah berarti bagi pengembangan di masa yang mendatang. Penddikan tradisional mencoba untuk mengarahkan pada garis transfer knowledge artinya, sebuah proses pendidikan yang difokuskan pada bentuk pemberdayaan sistemik dan belum memberikan keleluasaan pada peserta didik. Segala hal yang menyangkut kebijakan masih menjadi otoritas lambaga dan masih berpegang teguh pada buku pegangan yang dibuat oleh lembaga. Sehingga rangkaian pendidikan tradisional ini tidak akan mampu mendorong siswa untuk aktif.

Rasionalitas yang semula dianggap universal juga dibatalkan. Setelah modernisme, lahir juga dua aliran yang mempunyai tanggapan berbeda yaitu pasca modernisme skeptis dan pasca modernisme altermatif. Dan ini menjadi perdebatan para ahli pada waktu itu terutama pada feel negatif dan ancamannya. Dari situlah kemudian muncul istilah neo-modernisme yang mempunyai subtansi pencerahan “dunia pendidikan” dengan penyesuaian mas yang sedang berkembang. Metode suatu gerakan ganda Fazlur Rahman dapat diterapkan untuk memberi alternatif solusi atas problem-problem umat, termasuk problem pendidikan. Penerapan metode ini pada problem pendidikan telah dicontohkan oleh Rahman untuk kasus pendidikan di Pakistan melalui empat langkah sebagai berikut. Langkah pertama adalah identifikasi terhadap pendidikan umat Islam ketika itu. Langkah kedua adalah menemukan problem pendidikan di Pakistan. Langkah ketiga adalah mencari rujukan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Identifikasi terhadap pendidikan umat Islam di Pakistan yang dilakukan Fazlur Rahman, waktu itu telah ditemukan suatu problem utama, yaitu probem ideologis.

Pendidikan bagi Fazlur Rahman adalah pokok utama yang harus dikedepankan dalam semua bentuk pembaharuaan Islam. Model pendidikan ini cukup mampu menjembatani ketertinggalan dinamika pemikiran Islam atau Klaim kemandulan budaya piker masyarakat muslim.

Kamis, 03 Maret 2011

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN


Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi. Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Sebagaimana dikatakan Hani Handoko bahwa pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. (Hani Handoko. 1999;293)
Bagaimanapun juga kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan kemampuan mengidentifikasikan perilaku dan tehnik-tehnik kepemimpinan efektif. Kepemimpinan dalam bahasa inggris tersebut leadership berarti being a leader power of leading. atau the qualities of leader. (AS. Hornby. 1990)
Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas seseorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Seperti halnya manajemen, kepemimpinan atau leadership telah didefinisikan oleh banyak para ahli antaranya adalah Stoner mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang salain berhubungan dengan tugasnya.
Kepemimpinan adalah bagian penting manjemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lainnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi. (AS. Hornby. 1990)
Kepemimpinan atau leadership dalam pengertian umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah pengawasannya (AS. Hornby. 1990). Disinilah peranan kepemimpinan berpengaruh besar dalam pembentukan perilaku bawahan. menurut Handoko, kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar mencapai tujuan dan sasaran (T.Hani Handoko).
Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi sangat berpengaruh dalam menentukan kemajuan sekolah harus mempunyai kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga  kependidikan. harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta ketrampilan-ketrampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan.[1]
Suatu kenyataan kehidupan organisasional bahwa pemimpin suatu organisasi memainkan peranan yang amat penting, dan sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Seorang pemimpin baik individu maupun sebagai suatu kelompok tidak mungkin dapat bekerja dengan sendiri. Pimpinan membutuhkan kelompok orang lain yang disebut bawahan yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi. Pengabdian tersebut dapat direalisasikan dengan cara bekerja yang efisien, efektif, dan produktif.
Ngalim Poerwanto mengutip beberapa definisi kepemimpinan dari Prajudi Atmosudirdjo sebagai berikut :
1)        Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohkannya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang mau melakukan apa yang dikehendakinya.
2)        Kepemimpinan adalah suatu seni (art), kesanggupan (ability) atau teknik (technique) untuk membuat sekelompok orang bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal mengikuti atau mentaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya atau bahkan berkorban untuknya.
3)        Kepemimpinan dapat dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui .human relation. dan motivasi yang tepat, sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau bekerjasama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan organisasi.[2]
Hoy dan Miskel mengutip beberapa definisi dari beberapa sumber:
1)   Kepemimpinan adalah kekuatan (power) yang didasarkan atas tabiat/watak seseorang yang memiliki kekuasaan lebih, biasanya bersifat normatif.
2)   Kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi.
3)   Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu kelompok yang diorganisasi menuju kepada penentuan dan pencapai tujuan.[3]
Kepala sekolah merupakan profil sentral sebagai pemimpin dalam dunia pendidikan. Kepala sekolah tidak hanya sekedar sebagai kepala sekolah yang selalu berhak menonjolkan kekuasaannya saja, akan tetapi lebih diutamakan fungsinya sebagai pemimpin. Lembaga pendidikan senantiasa mendambakan profil pemimpin yang ideal dan dapat dijadikan contoh bagi kelompok yang dipimpinnya, dikarenakan dunia yang dipimpin adalah pendidikan. Maka kepala sekolah harus mampu menjadi contoh bagi para tenaga kependidikan yang ada di sekolahnya.
Disamping itu, kepala sekolah juga berperan penting dalam meningkatkan prestasi siswa. Berkenaan dengan hal ini kepala sekolah harus mampu menjadi pemimpin yang dapat memberi contoh dalam memotivasi peserta didik untuk meningkatkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan.
Berdasarkan uraian singkat di atas, maka dapat dijelaskan karakteristik kepala sekolah profesional, antara lain adalah sebagai berikut:
1)      Sabar dan penuh pengertian.
2)      Mampu menjadi tauladan.
3)      Mampu menjadi pendorong/motivator.
4)      Menguasai visi.
5)      Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatan kualitas.
6)      Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas.
7)      Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakan lembaga/sekolah.
8)      Meyakinkan terhadap para pelanggan (peserta didik, orang tua, dan masyarakat), bahwa terdapat “channel” cocok untuk menyampaikan harapan dan keinginannya.
9)      Pemimpin mendukung pengembangan tenaga kependidikan.
10)  Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa dilandasi bukti yang kuat.
11)  Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah
12)  Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab yang jelas.
13)  Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap penghalang, baik yang bersifat organisasional maupun budaya.
14)  Membangun tim kerja yang efektif.
15)  Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi. [4]

Pemimpin yang efektif digerakkan oleh tujuan-tujuan jangka panjang dan ia memiliki cita-cita yang tinggi jika dibandingkan dengan orang-orang disekitarnya. Nabi Muhammad merupakan contoh paling nyata dalam hal ini. Disamping tujuan ukhrawi, beliau senantiasa menyatakan bahwa kemenangan Islam akan segera datang dan jazirah Arab akan dipenuhi dengan keamanan dan kemakmuran. Bahkan beliau juga meletakkan visi yang membimbing bagi umat Islam sepanjang masa, intinya bahwa masa depan ada ditangan Islam.
Kepemimpinan ini dirasa cocok apabila diterapkan pada saat ini, terutama sekali di lembaga pendidikan Islam karena di dalam terkandung banyak efek positif untuk kemajuan sebuah lembaga pendidikan. Nilai-nilai humanisme, otokratis, serba optimisme menjadi nilai-nilai lebih untuk kepemimpinan disebabkan tipe ini mempunyai anggapan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang dapat dikembangkan.
Seorang pemimpin ditentukan untuk bisa menjadi uswah, yang menjadi figur panutan. Ini memberikan perspektif bahwa terdapat kepemimpinan menurut Islam. Sebagaimana dikemukakan oleh Vietzal Rivai, kepemimpinan menurut Islam harus mempunyai prinsip: musyawarah, adil dan kebebasan berfikir. 

a)      Musyawarah
Mengutamakan musyawarah sebagai prinsip yang harus diutamakan dalam kepemimpinan Islam. Al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa seorang yang menyebut dirinya sebagai pemimpin wajib melakukan musyawarah dengan orang yang berpengetahuan atau orang yang berpandangan baik  
Melalui musyawarah memungkinkan komunitas Islam akan turut serta berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, dan sementara itu pada saat yang sama musyawarah dapat berfungsi sebagai tempat untuk mengawasi tingkah laku para pemimpin jika menyimpang dari tujuan semula. Jadi selain sebagai kontrol sosial, juga tempat sharing ide serta tukar pendapat yang sangat bermanfaat bagi lembaga pendidikan.
b)      Adil
Pemimpin sepatutnya mampu memperlakukan semua orang secara adil, tidak berat sebelah dan tidak memihak, lepas dari suku bangsa, warna kulit, keturunan, golongan strata di masyarakat ataupun agama. Alqur’an memerintahkan setiap muslim dapat berlaku adil bahkan sekalipun ketika berhadapan dengan para penentang mereka.
Keadilan sebagai pilar utama dalam penetapan hukum, adalah keadaan penting untuk pengambilan kebijakan serta sistem kerja yang dilakukan pemimpin. Seorang pemimpin diharuskan untuk tidak membeda-bedakan bawahannya.
c)      Kebebasan berfikir
Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memberikan ruang dan mengundang anggota kelompok untuk mampu menggunakan kritiknya secara konstruktif mereka diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat atau keberatan mereka dengan bebas, serta harus dapat memberikan jawaban atas setiap masalah yang mereka ajukan. Agar sukses dalam memimpin, seorang pemimpin hendaknya dapat menciptakan suasana kebebasan berfikir dan pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan menasehati satu sama lain, sehingga para pengikutnya merasa senang mendiskusikan masalah atau persoalan yang menjadi kepentingan bersama.
Ketiga prinsip tersebut di atas saling bersinergi satu sama lain. Apabila salah satunya tidak dilaksanakan akan menjadi kurang optimal kepemimpinan itu. Oleh karena itu diperlukan kerjasama (team work) diantara berbagai pihak yang terkait yang solid untuk mewujudkannya.

Kepala sekolah merupakan profil sentral sebagai pemimpin dalam dunia pendidikan. Kepala sekolah tidak hanya sekedar sebagai kepala sekolah yang selalu berhak menonjolkan kekuasaannya saja, akan tetapi lebih diutamakan fungsinya sebagai pemimpin. Lembaga pendidikan senantiasa mendambakan profil pemimpin yang ideal dan dapat dijadikan contoh bagi kelompok yang dipimpinnya, dikarenakan dunia yang dipimpin adalah pendidikan. Maka kepala sekolah harus mampu menjadi contoh bagi para tenaga kependidikan yang ada di sekolahnya.
Disamping itu, kepala sekolah juga berperan penting dalam meningkatkan prestasi siswa. Berkenaan dengan hal ini kepala sekolah harus mampu menjadi pemimpin yang dapat memberi contoh dalam memotivasi peserta didik untuk meningkatkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan.
Berdasarkan uraian singkat di atas, maka dapat dijelaskan karakteristik kepala sekolah profesional, antara lain adalah sebagai berikut:
Ø  Sabar dan penuh pengertian.
Ø  Mampu menjadi tauladan.
Ø  Mampu menjadi pendorong/motivator.
Ø  Menguasai visi.
Ø  Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatan kualitas.
Ø  Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas.
Ø  Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakan lembaga/sekolah.
Ø  Meyakinkan terhadap para pelanggan (peserta didik, orang tua, dan masyarakat), bahwa terdapat “channel” cocok untuk menyampaikan harapan dan keinginannya.
Ø  Pemimpin mendukung pengembangan tenaga kependidikan.
Ø  Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa dilandasi bukti yang kuat.
Ø  Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah
Ø  Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab yang jelas.
Ø  Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap penghalang, baik yang bersifat organisasional maupun budaya.
Ø  Membangun tim kerja yang efektif.
Ø  Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi. [6]

Dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari tiga sifat kepemimpinannya yakni demokratis, otokratik, dan laissez faire. Ketiga sifat tersebut sering dimiliki secara bersamaan oleh seorang leader, sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya, sifat-sifat tersebut muncul secara situasional. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai leader mungkin bersifat demokratis dan laissez faire.
Berikut ini akan dikemukakan satu persatu gaya-gaya  kepemimpinan tersebut di atas:
1)        Gaya Kepemimpinan Otokratis
Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya. Baginya pemimpin adalah menggerakkan dan memaksa seseorang. Kekuasaan pemimpin yang otokrasi hanya dibatasi oleh undangundang. Penafsirannya sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan memberi perintah. Kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankannya, tidak boleh membantah ataupun mengajukan saran.
2)      Kepemimpinan Laissez Faire
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan tipe kepemimpinan otoriter. Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing. Semua kebijaksanaan, metode dan sebagainya menjadi hak sepenuhnya dari orang yang dipimpin, seluruh kegiatan tersebut berlangsung tanpa dorongan, bimbingan dan pengaruh dari pimpinan.
Pimpinan dalam gaya situasi ini berpendapat bahwa tugasnya adalah menjaga dan menjamin kebebasan tersebut serta menyediakan segala kebutuhan dan fasilitas yang dibutuhkan organisasi. Dalam kepemimpinan seperti ini setiap terjadi kekeliruan atau kesalahan maka pimpinan selalu berlepas tangan karena merasa tidak ikut serta menetapkan keputusan dalam setiap kegiatan. Suasana kerja seperti ini akan menimbulkan berbagai hal negatif, antara lain: menimbulkan kekacauan dalam pelaksanaan tugas, karena pejabat bekerja secara masing-masing, anggota kelompok tidak merasakan ada kepemimpinan dalam kelompoknya, apabila muncul masalah maka tidak pernah terpecahkan sampai tuntas dan memuaskan, banyak program atau pekerjaan tertunda.

3)      Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin demokratis sering mengajak pengikutnya dalam mengambil keputusan, konsensus dan pemberdayaan. Hubungan dengan anggota kelompok bukan sebagai majikan terhadap buruhnya melainkan sebagai saudara tua diantara saudara-saudara teman sekerjanya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama.
Adapun ciri seorang pemimpin yang demokratis adalah sebagai berikut :
a)    Senang menerima saran, pendapat dan kritikan dari bawahan
b)   Mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan
c)    Membuat keputusan bersama dengan anggota kelompok
d)   Menjelaskan sebab-sebab keputusan yang dibuat sendiri kepada kelompok
e)    Feed back dijadikan sebagai salah satu masukan yang berharga

TUGAS-TUGAS KEPEMIMPINAN
Berdasarkan pengertian bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi tingkah laku yang mengandung indikasi serangkaian tugas penting seorang pemimpin yaitu: [7]
1)        Mendefinisikan visi dan peranan organisasi
Misi dan peranan organisasi dapat dirumuskan dengan baik apabila seorang pemimpin lebih dulu memahami asumsi struktural sebuah organisasi.
2)        Pemimpin merupakan pengejawatan tujuan organisasi
Dalam tugas ini pemimpin harus mengambil kebijaksanaan kedalam tatanan atau keputusan terhadap sasaran untuk mencapai tujuan yang direncanakan.
3)      Mempertahankan tujuan organisasi
Pemimpin bertugas untuk mempertahankan keutuhan organisasi dengan melakukan koordinasi dan kontrol melalui dua cara, yaitu melalui otoritas, peraturan, literally, melalui pertemuan dan koordinasi khusus terhadap berbagai peraturan. Mengendalikan konflik internal yang terjadi dalam organisasi
Pemimpin organisasi mempunyai kekuasaan tertentu yang dilimpahkan kepadanya. Kekuasaan tersebut merupakan alat dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Oleh karena itu, agar tugas kepemimpinannya dapat berjalan dengan baik maka digunakan strategi. Strategi yang dapat digunakan agar dapat menjalankan kepemimpinannya, adalah:
a)    Pemimpin harus menggunakan strategi yang fleksibel
b)   Pemimpin harus menjaga keseimbangan dalam menentukan kebutuhan jangka panjang dan jangka pendek
c)    Pemilihan strategi harus yang memberikan layanan terhadap lembaga
Kegiatan yang sama dapat digunakan untuk beberapa aksi dalam strategi.

Kepala Sekolah sebagai Manager Pendidikan
ü Perencanaan (Planning)
ü Pengorganisasian (Organizing)
ü Penggerakan (Actuating)
ü Pengawasan (Controlling)


[1] Nurdin Muhammad, Kiat Menjadi Guru Profesional. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2008) hlm 42 .
[2] Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2003), Cet.XII, h. 25-26.
[3] Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm.. 26-27.
[4] E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004). hlm. 86.
[6] E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004). hlm. 86.
[7] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjau Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm 40.