KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Menejemen Kurikulum
Dosen Pengampu : Bpk. Fahrurrozi
Oleh:
DEWI ISTIANA
073311029
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
Kurikulum Dalam Pendidikan
I. Pendahuluan
Dalam perkembangan suatu negara tergantung pada mutu suatu pendidikan, karna pendidikan merupakan salah satu penunjang dalam perkembangan negara, dalam perkembangan modernisasi ini negara kita ingin mencoba ikut berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan seperti negara-negara maju khususnya.
Di negara-negara maju telah banyak mengalami perubahan terutama dalam hal pendidikan , karana bagai mereka pendidikanlah yang membentuk suatu negara itu akan berkembang pesat, seperti yang telah di katakan oleh orang jerman pada waktu mereka kalah dalam berperang “pendidikan ku telah mati” , bagaimana pendidikan tersebut bisa berkembang? salah satunya cara mengembangkan pendidikan tersebut adalah mengembangkan dalam tubuh pendidikan yaitu kurikulum, karana kurikulum yang di jadikan acuan dalam pendidikan.
Sebuah kurikulum tidak hanya sekedar instruksi pembelajaran yang disusun oleh pemerintah untuk diterapkan di sekolah masing-masing. Sinclair (2003) menegaskan bahwa kurikulum yang baik adalah yang memberi keleluasaan bagi sekolah untuk mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik sesuai tuntutan lingkungan masyarakatnya.
Kali ini penulis mencoba akan membahas tentang pendidikan dalam perspektif kurikulum 2005, yang telah berkembang yaitu kurikulum berbasis komptensi (KBK). . Menurut Kepala Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Dr.Siskandar , penerapan kurikulum berbasis kompentensi itu sesuai dengan tuntutan perkembangan kondisi negara dan sistem administrasi,pemerintahan.
II. Remusan Masalah
1. Pegertian kurikulum
2. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan
3. . Kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
4. Konsep dasar kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
5. KBK korelasinya dengan PAI.
III. Pembahasan
A. Pengertian Kurikulum
Menurut David Pratt mendefinikan kurikulum yakni “sebagai seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat pelatihan”.
Kurikulum dalam perspektif penulis suatu sistem perencanaan yang dipakai dalam pembelajaran secara terorganisasi yang terdiri dari beberapa komponen yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Dalam pernyataan definisi yang telah penulis sebutkan dalam perspektif penulis ada beberapa hal yang menjadi poin penting yakni pada kata “membentuk satu kesatuan” maksud dari bacaan tersebut bahwa didalam kurikulum ada beberapa komponen yang tidak dapat dipisahkan untuk memcapai target dan tujuan dari kurikulum yang telah didesain untuk direalisasikan. Diantara komponen tersebut adalah rencana, tujuan, isi, organisasi, strategi.
Rencana berisi proses pembelajaran. Tujuan meliputi aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diharapkan setelah mempelajari tiap bidang studi. Isi meliputi jenis bidang studi yang dianjurkan dan isi program masing-masing bidang tersebut. Organisasi merupakan kerangkan program pengajaran yang akan disampaikan pada siswa berupa peogram pendidikan umum, akademis, keguruan, keterampilan. Strategi dapat ditempuh dengan cara pengejaran, penilaian, bimbingan dan konseling, pengetesan kegiatan. 1
Kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan yang disebut kurikulum formal, tetapi juga kegiatan-kegiatan yang tidak direncanakan. Yang terakhir ini disebut kurikulum tak formal yang sering disebut kegiatan ko-kurikuler (latihan / praktikum di lab atau lapangan) atau kegiatan ekstra kurikuler (latihan PMR dan kesenian). Kurikulum formal meliputi:
Tujuan pelajaran,umum dan khusus
Bahan pelajaran yang tersusun sistematis
Strategi belajar mengajar serta kegiatan-kegiatannya
System evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai
Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan-kegiatan yang juga direncanakan akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademik dan kelas tertentu. Yang termasuk kurikulum tak formal yaitu kegiatan ko-kurikuler dan ekstra kurikuler (pertunjukan sandiwara, pertandingan antar kelas, pramuka, band dan lain-lain)2
B. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan
Dalam lingkungan masyarakat pun terjadi berbagai bentuk interaksi pendidikan, dari yang sangat formal yang mirip dengan pendidikan di sekolah dalam bentuk kursus-kursus, sampai dengan yang kurang formal seperti ceramah, serasehan, dan pergaulan kerja. Gurunya juga bervariasi dari yang memiliki latar belakang pendidikan khusus sebagai pendidik karena pengalaman. Kurikulum juga bervariasi, dari yang memiliki kurikulum formal dan tertulis sampai dengan rencana pelajaran yang hanya ada pada pikiran penceramah atau moderator serasehan, atau gagasan keteladanan yang ada pada pemimpin.
Dari hal-hal yang diuraikan itu, dapat ditarik beberapa kesimpulan berkenaan dengan pendidikan formal. Pertama, pendidikan formal memiliki rancangan pendidikan atau kurikulum tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas, dan rinci. Kedua, dilaksanakan secara formal, terencana, ada yang mengawasi dan menilai. Ketiga, diberikan oleh pendidik atau guru yang memiliki ilmu dan keterampilan khusus dalam bidang pendidikan. Keempat, interaksi pendidikan berlangsung dalam lingkungan tertentu, dengan fasilitas dan alat serta aturan-aturan permainan tertentu pula.
Telah diuraikan sebelumnya, bahwa adanya rancangan atau kurikulum formal dan tertulis merupakan cirri utama pendidikan di sekolah. Dengan kata lain, kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah. Kalau kurikulum merupakan syarat mutlak, hal itu berarti bahwa kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran. Dapat kita bayangkan, bagaimana bentuk pelaksanaan suatu pendidikan atau pengajaran di sekolah yang tidak memiliki kurikulum.
Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial, ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan bahan pelajaran, ataupun mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta alat-alat Bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga diperlukan cara-cara dan alat-alat penilaian tertentu pula. Keempat hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode-alat, dan penilaian merupakan komponen-komponen utama kurikulum. Dengan berpedoman pada kurikulum, interaksi pendidikan antara guru dan siswa berlangsung. Interaksi ini tidak berlangsung dalam ruangan hampa, tetapi selalu terjadi dalam lingkungan tertentu, yang mencakup antara lain lingkungan fisik, alam, sosial budaya, ekonomi, politik dan religi.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan. Demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Menurut Maurits Johnson(1967, hlm,.130) kurikulum “ prescribes (or at least anticipates) the result of in struction“. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Disamping kedua fungsi itu, kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.3
C. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum merupakan sebuah proses pembelajaran yang baik dan terencana memiliki target dan tujuan. Perubahan kurikulum dari kurikulum berbasis isi ke kurikulum berbasis konpetensi yang sekarang dikenal denga KBK atau kurikulum 2004 megakibatkan perubahan paradigma pada proses pembelajaran. Dari apa yang diajarkan (isi) pada apa yang harus dikuasai peserta didik yaitu kompetensi.
Kurikulum berbasis kompetensi tidak hanya menekankan pada isi materi secara substansial, namun format kurikulum lebih menekankan pada kompetensi. Artinya dari pendidikan kurikulum yang pendekatannya berorientasi masukan pelajaran pada pendekatan pendidikan yang berorientasi hasil atau standar kompetensi tersebut.
Pada kurikulum sebelumnya siswa dijadikan obyek dan guru menjadi subyek, tapi pada kurikulum KBK siswa disamping menjadi obyek pendidikan juga beralih fungsi sekaligus sebagai subyek dan guru disamping sebagai subyek adalah sebagai mediator dalam proses belajar mengajar. Maka implikasinya kurikulum KBK mengakibatkan perubahan penilaian.
Penekanan KBK terhadap kompetensi bagi penulis menunjukkan sejauh mana peserta didik kompetensinya dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Maka ketercapaiannya terhadap materi yang telah dituntut dalam korikulum tersebut dapat dilakukan dengan membuat standar kompetensi, kompetensi belajar dan indikator.
Menutip pendapatnya Mc. Ahsan dalam Tarsisus Sihono (1997:69) dalam bukunya Abdul Majid, S.Ag. et. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; menyatakan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang diperoleh seseorang untuk dapat melakukan sesuatu dengan baik termasuk menyangkut perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Maka diperoleh kesimpulan, kompetensi merupakan keterampilan, sikap, dan nilai yang harus dimiliki oleh individu (peserta didik) dalam melaksanakan tugas-tugas dengan baik. 4
D. Konsep Dasar Kurikulum Berbaisis Kompetensi
Setiap kurikulum memiliki dasar pemikiran dalam pelaksanaannya agar tidak melenceng dari apa yang sudah ditargetkan dan apa yang sudah menjadi tujuan kurikulum tersebut. Seperti kurikulum berbasis kompetensi untuk meluruskan arah dari tujuan kurikulum KBK maka harus memiliki dasar pemikiran terlebih dahulu.
Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum menurut (Depdiknas, 2002: 1) adalah:
1. kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks
2. kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi kompeten.
3. kompetensi merupakan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa melalui peoses pembelajaran.
4. kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatru standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur5
E. KBK Korelasinya Dengan PAI
Dalam merespons fenomena yang terjadi pada realitas masa kini manusia berpacu mengembangakan pendidikan disegala ilmu termasuk dalam kehidupan sehari-hari. Namun seiring dengan munculnya krisis multi dimensi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara peranan serta efektifitas agama disekolah sebagai pemberi nilai spiritual pada peserta didik dipertanyakan. Maka berangkat dari hal tersebut agar kurikulum pendidikan agama islam sesuai dengan situasi dan kondisi zaman untuk dapat merespons kehidupan yang kaya problem PAI menghadirkan kurikulum baru yaitu kurikulum yang berbasis KBK. Alasannya mungkin jika pendidikan agama dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakatpun akan lebih baik.
Kurikulum semua bertujuan pada apa yang hendak dicapai. KBK bertujuan untuk tercapainya kompetensi peserta didik dalam menangkap materi yang disampaikan. Sama dengan kurikulum PAI yang berbasis kompetensi juga memiliki tujuan yang sama dengan KBK hanya saja terdapat tambahan kalau KBK untuk berkopetensi dalam mencapai materi yang berpendidikan umum dan orientasinya pada kecerdasan untuk berkompetisi didunia masyarakat setelah siswa keluar (lulus) dari lembaga pendidikan.
Namun pada kurikulum PAI ada hal yang lebih pokok yang memang diharapkan dan bukan hanya dalam target tujuan PAI tapi juga sebagai pendidikan yang lahir dari agama islam diharapkan dapat berkompetensi jasmani dan rohani, artinya berkompetensi dalam hal sikap, skill, pengetahuan secara afektif, kognitif, psikomotorik sesuai dengan ajaran agama islam dalam aspek jasmani.
Namun juga melebihi hal itu berkopetensi dalam aspek rohani mereka mampu berkompetensi untuk mengisi kehidupan atau sebagai bekal untuk akhiratnya, dan aspek kedua ini sangat hirarki dengan aspek pertama. Maka tujuan PAI adalah tercapainya kompetensi keduanya yakni dunia dan akhirat.
Menurut Muhammad al-Munir menjelaskan tujuan pendidikan agama islam (PAI) sebagai berikut :
1. tercapainya manusia seutuhnya, karena islam itu adalah agama yang sempurna.
2. tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat, merupakan tujuan yang seimbang
3. menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi, dan takut kepada-Nya.
Landasan Kurikulum KBK Dan PAI
Kurikulum berbasis kompetensi dan kurikulum pendidikan PAI memiliki landasan yang sama berdasarkan negara yang didudukinya, landasan kedua kurikulum tersebut adalah
1. landasan agama
penting landasan agama dalam sebuah kurikulum adalah untuk menjaga agar supaya tidak terjadi penurunan nilai-nilai agama dan norma-norma sosial yang selalu diagungkan oleh indonesia.
2. landasan filosofis
pendidikan bertujuan untuk mendidik manusia yang ”baik” apakah yang dimaksud dengan “baik” pada hakikatnya maka hal itu harus berorientasi pada filsafat yang dijadikan dasar dan landasan dalam kurikulum.
3. landasan psikologis
landasan psikis memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan anak dalam berbagai aspek serta cara belajar agar bahan yang diberikan dapat dicerna dan dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf perkembangan.
4. landasan sosiologis
landasan ini memberikan dasar untuk menentukan hal-hal yang akan dipelajari peserta didik sesuai kebutuhan masyarakat, kebudayaan dan perkembangan IPTEK dan teknologi. Karena anak didik tidak hidup sendiri, tapi hidup dalam dunia bermasyarakat untuk itu
5. landasan sains dan teknologi
landasan ini dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera.
Perlu di ketahui bersama bahwa dengan terealisasinya kurikulum berbasis kompetensi munjul kembali waca tentang kurikulum yang merupakan pelengkap dari KBK, yaitu kurikulum tingkat satu pendidikan KTSP ( sebagai evaluasi dari kurikulum KBK)6
IV. Kesimpulan
1. Dalam suatu negara bisa berkembang apabila pendidikan di dalam cukup baik, karana pendidikan merupakan salah satu faktor penentu, dalam negara-negara maju yang pertama kali mereka titik tekankan adalah bagaimana pendidikan itu berkembang, salah satu cara mereka mengembangkan kurikulum, karna pendidikan bisa berkembang apanbila kurikulumnya itu baik karna krikukulum meliputi rencana, tujuan, isi, organisasi, strategi. Dalam pendidikan.
2. Kurikulum merupakan sebuah proses pembelajaran yang baik dan terencana memiliki target dan tujuan. Perubahan kurikulum dari kurikulum berbasis isi ke kurikulum berbasis konpetensi yang sekarang dikenal dengan KBK atau kurikulum 2004 megakibatkan perubahan paradigma pada proses pembelajaran. Dari apa yang diajarkan (isi) pada apa yang harus dikuasai peserta didik yaitu kompetensi.
3. Kaitannya kurikulum berbasis kompetensi ini dengan PAI ada hal yang lebih pokok yang memang diharapkan dan bukan hanya dalam target tujuan PAI tapi juga sebagai pendidikan yang lahir dari agama islam diharapkan dapat berkompetensi jasmani dan rohani, artinya berkompetensi dalam hal sikap, skill, pengetahuan secara afektif, kognitif, psikomotorik sesuai dengan ajaran agama islam dalam aspek jasmani.
V. Penutup
Demikian makalah ini saya buat, mudah-mudahan makalah yang singkat ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Dan dapat menambah ilmu pengetahuan kita. Tentunya makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu, masukan yang membangun sangat kita butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
- Max Darsono, Hand out Pengembangan Kurikulum, Semarang, 1995, FIP IKIP
- Majid, et, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
- Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, Bandung:1997, Remaja Rosdakarya
- Rodiyah, Makalah; Konsep Dan Fungsi Kurikulum. Jember, 2005.
- Tambunan, Makalah; Perspektif Kurikulum Pendidikan Indonesia Pada Tahun 2005, jember, 2007.
1 Tambunan, Makalah; Perspektif Kurikulum Pendidikan Indonesia Pada Tahun 2005, jember, 2007.
2 Max Darsono, Hand out Pengembangan Kurikulum, Semarang, 1995, FIP IKIP, hal 2-3
3 Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, Bandung:1997, Remaja Rosdakarya,hlm.1-3
4 SITI RODIYAH, makalah ; Landasan Pengembangan Kurikulum, 2005, hal.1-4, landasan agama, filosofis, psikologis, sosiologis, sains dan teknologi
5 ABDUL MAJID, S. Ag, et. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, 2005, hlm.50. tentang konsep kompetensi dalam kurikulum menurut depdiknas 2002:1.
6 Majid, et, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar